Kenapa Corona Bisa Serang Industri Otomotif RI sampai Penjualan Anjlok?

Kenapa Corona Bisa Serang Industri Otomotif RI sampai Penjualan Anjlok?

Rangga Rahadiansyah, Rangga Rahadiansyah - detikOto
Selasa, 17 Mar 2020 12:28 WIB
Penjualan Domestik Kendaraan Komersial Naik

Sejumlah mobil terparkir di Car Port Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (12/3/2018). Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan bahwa penjualan domestik kendaraan komersial sampai pada 2017, 235.307 unit terbagi di antaranya truk naik 45%, pickup naik 6 persen, dan double cabin naik 46 persen. Grandyos Zafna/detikcom
Virus corona serang penjualan mobil Indonesia. Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Penjualan mobil di awal tahun 2020 dibayang-bayangi masalah pandemi virus corona COVID-19. Performa penjualan otomotif dua bulan pertama 2020 pun mengalami penurunan.

Berdasarkan data penjualan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dirilis PT Astra International, penjualan mobil secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) di Indonesia pada Februari 2020 tercatat hanya sebanyak 79.573 unit. Angka itu turun dari Februari 2019 yang mencapai 81.809 unit. Ada penurunan sekitar 2,7%.

Sementara kalau diakumulasikan Januari-Februari 2020, penjualan mobil tercatat sebanyak 159.997 unit. Padahal, periode yang sama tahun 2019 penjualannya mencapai 163.964. Artinya performa penjualan mobil di dua bulan pertama tahun 2020 turun sekitar 2,4%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi mengatakan, turunnya penjualan mobil di awal 2020 turut dipengaruhi oleh pandemi virus bernama COVID-19. Disebutkan, virus corona turut berdampak terhadap ekonomi.

"Kalau kita lihat terutama sektor pariwisata, sektor pariwisata aja, kayak Bali, Manado, semua tempat boleh dikatakan terpukul. Apalagi dengan kejadian minggu lalu ada pejabat yang terkena (positif COVID-19), kemudian ada tempat-tempat wisata yang ditutup segala macam, ini terus terang aja mempengaruhi (industri otomotif)," kata Nangoi, kepada detikOto, Selasa (17/3/2020).

ADVERTISEMENT

Menurut Nangoi, biasanya penjualan bus untuk kendaraan wisata selalu ada. Namun, karena sektor pariwisata ikut terpukul, penjualan bus pun berkurang.

"Saya lihat di Januari-Februari ini penjualan kendaraan bus untuk angkutan wisata itu yang biasanya setiap bulan dan setiap saat itu ada, sekarang hilang," ujarnya.

"Kemudian, coba kita lihat sektor mining itu juga turun karena ekspor kita juga terganggu di beberapa negara menghentikan. Apalagi ada dampak yang namanya minyak turun, itu juga akan mempengaruhi kita punya ekspor batu bara. Jadi yang begini-begini ini terus terang aja mengakibatkan gangguan lah. Gangguan ini berdampak pada industri otomotif," sebut Nangoi.




(rgr/lth)

Hide Ads