Jakarta - Penjualan mobil Indonesia di pasar domestik pada tahun 2019 memang kurang menggembirakan. Sampai bulan Oktober 2019 kemarin, seperti dinyatakan oleh Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), penjualan domestik Indonesia turun hingga 11 persen.
Meski angka penjualannya turun, Indonesia justru mencatatkan hasil yang cukup positif di bidang investasi. Sebab Toyota Group dan Honda, membuat komitmen baru untuk investasi jangka panjang di Indonesia. Toyota Group bakal menanamkan investasi lebih dari Rp 28 triliun, sementara Honda di atas Rp 5 triliun.
Dijelaskan Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan
Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, meski catatan penjualan kendaraan Indonesia tahun ini kurang bagus, Indonesia tetap dipandang sebagai pasar potensial, baik untuk pasar domestik maupun sebagai basis produksi ekspor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenapa pasar turun justru (banyak) investasi (baru)? Kalau kita lihat profilnya, Indonesia itu punya basis pasar yang luar biasa. Jadi kita yang terbesar di ASEAN," kata Putu, dalam diskusi Kesiapan Industri Otomotif Menuju Era 4.0, di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (4/12/2019).
Lanjut Putu menjelaskan, jika dilihat rasio jumlah penduduk dan kepemilikan kendaraan, angkanya masih kecil.
"Di Indonesia itu per 1.000 orang baru punya 87 kendaraan. Kalau kita bandingkan dengan Malaysia, itu per 1.000 orang sudah memiliki 439 kendaraan. Dan Thailand 228 kendaraan per 1.000 orang," terang Putu.
Masih timpangnya rasio penduduk dan kepemilikan kendaraan juga didukung dengan tumbuhnya kelas menengah di Indonesia.
"Kita GDP per kapita sudah masuk dari 4.000 ke 5.000. Itu permintaan kendaraan akan meningkat pesat. Jadi seumpamanya rasio kendaraan baru 87, naik menjadi 90, ada tiga tambahan per 1.000 penduduk. Itu kita sudah memunculkan lebih dari 700.000 unit kendaraan untuk mengisi pasar. Jadi ini sebuah market yang luar biasa," terang Putu.
Tak hanya pasar dalam negeri yang besar, Putu juga mengatakan Indonesia punya peluang ekspor yang sangat besar. Bahkan tahun 2019 ini angka ekspor produk kendaraan rakitan Indonesia naik cukup signifikan.
"Indonesia itu swasembada kendaraan bermotor. Jadi ekspor kita tahun ini sudah meningkat 28 persen, dengan pengiriman ke 80 negara. Dulu impor CKD memang besar, tapi sekarang antara ekspor CKD dan impor CKD berhimpit," ujar Putu.
Simak Video "Disubsidi Rp 70 Juta, Seberapa Laku Mobil Listrik?"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP