Bagaimana Masa Depan Mobil Hidrogen?

Bagaimana Masa Depan Mobil Hidrogen?

Rizki Pratama - detikOto
Kamis, 14 Nov 2019 12:22 WIB
Ilustrasi mobil hidrogen Foto: Hyundai
Jakarta - Mobil listrik bukan satu-satunya tawaran alternatif kendaraan dari bahan bakar fosil. Saat ini mobil berbahan bakar hidrogen juga menjadi salah satu opsi menarik untuk menghadapi ketersediaan bahan bakar fosil yang akan terus dikuras.

Meski mayoritas industri otomotif melihat dan menyiapkan kendaraan listrik sebagai langkah mobilitas selanjutnya, Toyota tampaknya masih cukup yakin mengusung energi hidrogen. Saat ini ada dua mobil yang mampu beroperasi dengan hidrogen, yaitu Toyota Mirai dan Hyundai Nexo.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa merek lain pun tampaknya juga tak menutup mata akan energi hidrogen sebagai tenaga penggerak mobil. Mercedes-Benz sudah mulai memasuki jalur hidrogen dengan GLC F-Cell SUV, BMW meluncurkan X5 bertenaga Hidrogen tahun 2022 dan Grup PSA meluncurkan Van berbahan bakar cell di tahun 2021.

Melihat geliat mobil bertenaga hidrogen sebenarnya alternatif itu lebih tepat dan efisien daripada mobil listrik. Kelemahan mobil listrik saat ini ada pada baterai yang mana jika ingin memiliki daya lebih harus menggunakan baterai lebih besar. Artinya ukuran baterai lebih besar akan memakan bobot lebih pula.



"Jika tak berhati-hati, kita akan berakhir dengan mobil berbaterai besar yang mana lebih berat, sehingga ketika melaju di autobahn jarak tempuhnya akan berkurang juga. Oleh karena itu teknologi lain harus masuk, yang berpotensi besar adalah hidrogen," kata kepala teknis Jaguar Land Rover, Nick Rogers.

Keunggulan hidrogen dibanding mobil listrik sangat mudah dilihat. Mobil hidrogen menghasilkan pembuangan berupa air. Melihat jarak tempuh, Hyundai Nexo sudah dapat menjelajah sejauh 666 km dan pengisian energinya bisa secepat mengisi bensin.

Dari kelebihan tersebut bukankah secara awam dapat disimpulkan bahwa mobil hidrogen merupakan solusi tepat dibandingkan mobil listrik? Berbeda dengan mobil listrik yang masih memiliki kelemahan di saat kelemahan itu ditutupi oleh mobil hidrogen.



"Sekarang orang melihat mobil listrik itu sulit, mereka akan berkata bagaimana dengan hidrogen? Lalu semua orang akan melihat hidrogen di headline dan semuanya memiliki proyek hidrogen. Tak semudah itu karena hidrogen sangatlah mahal," kata CEO PSA, Carlos Tavares.

Apa yang dikatakan Tavares bukanlah mengada-ada. Setiap stack dari energi cell mengandung 30-60 gram platinum murni. BMW pernah mengatakan bahwa satu powertrain energi cell 10 kali lebih mahal dibandingkan mobil listrik berkapasitas sama.

Selain biaya, mengubah hidrogen menjadi air juga melewati metode yang kompleks. Untuk menghasilkan air itu sesungguhnya mobil hidrogen membutuhkan energi listrik yang besar. "Itu baru masuk akal jika hidrogen dibuat dengan energi terbarukan," tambah Rogers.



Satu lagi yang tak dapat dihindari pula adalah keberadaan infrastruktur berupa stasiun pengisiannya. Di Inggris saat ini baru memiliki 12 titik dan California memiliki 40. di California masalah keamanan tempat pengisian pun dipertanyakan setelah salah satu stasiun pengisian hidrogen meledak.

Saat ini pun investasi untuk kendaraan listrik lebih besar dibandingkan hidrogen. Investasi bisa menjadi tolak ukur jaminan keberlangsungan dan tumbuhnya industri ke depan.

"Biaya yang telah dibenamkan pada rantai suplai baterai lithium-ion di luar infrastruktur sudah mencapai USD 600 miliar. Hidrogen baru USD 30 miliar dan itu perbedaan skala yang besar.

Disimpulkan dari berbagai pendapat di atas hidrogen diperkirakan akan mengisi pasar khusus di mana baterai tak mampu memenuhinya. Contohnya adalah mobil komersial yang membutuhkan jarak tempuh tinggi.

"Kami berpikir ini adalah teknologi yang cocok untuk fleet dan mobil yang kembali melewati rute sama setiap malam sehingga bisa meningkatkan investasi pada unit pengisian hidrogen," tutup Tavares.


(rip/lth)

Hide Ads