Pengurangan impor tersebut juga diklaim berperan dalam meningkatkan ketahanan energi, karena biodiesel diproduksi dan diolah di dalam negeri, sehingga tidak terpengaruh oleh fluktuasi harga minyak dunia.
Di samping itu, peningkatan konsumsi biodiesel juga diklaim memiliki dampak pada peningkatan ekonomi dan taraf hidup petani serta menambah 500.000 tenaga kerja di perkebunan sawit dan pabrik pengolahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada 2,6 petani langsung dan 12 juta tenaga kerja yang terkait dalam perkebunan dan industri kelapa sawit," kata Dadan, dikutip dari situs Litbang ESDM.
Berdasarkan pengalaman penggunaan B20, implementasi B20 dianggap mampu mengurangi emisi gas buang, ekuivalen dengan produksi gas buang yang dihasilkan 20.000 bus kecil selama setahun.
"Hasil sementara uji B30 juga menunjukkan penurunan dampak terhadap lingkungan, di mana emisi CO turun sebesar 0,1-0,2 gram/km dan emisi PM turun sebesar 0,01-0,08 gram/km," terang Dadan.
Lebih lanjut Dadan menguraikan, ekspor dan konsumsi produk kelapa sawit di dalam negeri sudah jenuh, sehingga pemerintah mendorong pemanfaatan kelapa sawit agar dapat digunakan di dalam negeri secara maksimal. Produksi kelapa sawit nasional saat ini sekitar 45 juta ton dan baru dimanfaatkan 12 juta ton untuk transportasi.
Moratorium penambahan lahan kelapa sawit baru sudah berlangsung sejak empat tahun yang lalu. Pemerintah lebih mendorong peningkatan produktivitas tanaman, mengingat masih banyak peluang untuk meningkatkan produksi daripada menambah luas lahan.
"Ada perusahaan yang bisa menghasilkan panen 8 ton cangkang kelapa sawit, lebih tinggi dari rata-rata sebesar 4 ton per hektar," pungkas Dadan.
(lua/rgr)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?