Meski demikian sangat disayangkan Esemka kembali menggunakan brand Esemka. Karena jika saja Esemka hadir dengan brand lain, bisa saja rasa nasionalisme kembali tumbuh. Sama seperti kehadiran Esemka pertama kali diperkenalkan 2012 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Seyogianya harusnya jangan menggunakan brand tersebut (Esemka-Red). Kecuali punya visi persis pada saat peluncuran Esemka pada awal mulanya (memiliki mobil nasional yang murni buatan Indonesia, bukan dari produk luar negeri-Red)," tambah Yannes.
Terlebih, saat Esemka kerap dikaitkan dengan mobil China, karena desainnya yang sama persis.
"Jika memang mobil nasional artinya konsep nasionalnya sudah tidak pas. Kalau mereka memperkenalkan Changan saja atau Foday itu tidak masalah. Seperti Wuling malah lebih bagus, dengan menawarkan teknologi dan jaringan 3S (Sparepart, Service dan Sales-Red)," katanya.
"Jika menggunakan namanya saja yang berbeda (tetap menggunakan nama Esemka-Red), ini cara strategi lama sekali. Kalau mau menargetkan smart buyer (tetap menggunakan nama Esemka-red) itu tidak bisa," tambahnya.
(lth/ddn)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Ini Dampak Buruk Andai Tarif Ojol Naik 8-15 Persen di Indonesia
Biaya Tes Psikologi Naik, Perpanjang SIM Bakal Keluar Duit Segini