Seperti yang disampaikan pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu, kepada detik.com.
"Konteks mobil nasional saat ini sudah berbeda. Bahkan ini juga berlaku untuk seluruh dunia. Kalau zaman dulu mobnas itu terikat dengan satu negara. Kini mobnas itu sudah multinasional dan multicorporation," ujar Yannes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yannes mencontohkan seperti mobil China Wuling. Yannes menjelaskan Wuling beberapa sahamnya dimiliki oleh General Motors dan perusahaan China. Dan saat ini banyak yang menyebut Wuling sebagai mobil China.
"Sebut saja seperti Wuling, itu kan mobil China tapi sahamnya dimiliki oleh General Motors (GM). Sedangkan mobil Low Cost Green Car (LCGC) itu TKDN-nya telah mencapai 80-85 persen. Apakah ini bisa disebut mobil nasional?" ujarnya.
![]() |
Jika dikaitkan dengan Esemka, PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) menampik kalau mobil perdananya disebut sebagai mobil nasional. Presiden Direktur PT SMK Eddy Wirajaya menegaskan meski bukan mobil nasional, Esemka sepenuhnya buatan Indonesia dan dikerjakan anak bangsa.
Jika melihat pernyataan demikian, maka sebenarnya tak ada beda antara Esemka dengan mobil-mobil merek Jepang, Eropa, hingga China yang juga diketahui memproduksi mobilnya di Tanah Air. Seperti diketahui merek-merek seperti Toyota, Daihatsu, Honda, bahkan mobil China Wuling pun memproduksi mobilnya di sini.
Tak hanya memproduksi, Toyota Dkk juga memanfaatkan komponen buatan lokal dalam memproduksi mobilnya di Indonesia. Begitupula dengan Esemka yang menyebut mobilnya banyak dibangun oleh komponen lokal.
Namun soal kandungan lokal, Esemka justru masih kalah dengan merek-merek Jepang. Disebutkan oleh Direktur Marketing PT Astra Daihatsu Motor Amelia Tjandra, mobil-mobil garapannya telah banyak menggunakan komponen lokal. Untuk beberapa model, Tingkat Kandungan Dalam Negeri pada mobil-mobil yang diproduksi Daihatsu bahkan mencapai 90 persen.
![]() |
"Xenia-Avanza 94 persen, Terios 89 persen, Agya-Ayla 92 persen, dan Sigra-Calya 92 persen," ungkap Amelia saat dikonfirmasi detikcom belum lama ini.
Sedangkan Esemka masih ogah buka-bukaan soal kandungan lokal yang menjadi penyusun mobil pertamanya Bima.
"Setinggi-tingginya untuk existing brand yang sudah sekian tahun komponen baru 85 persen, mimpi kita mendekati itu. Tapi mudah-mudahan secara signifikan bisa ter-collect poin to poin untuk mendapatkan signifikan. Kita berusaha bagaimana produksi dalam negeri menjadi sumbangsih ekonomi," jelas Eddy.
Pernyataan Eddy pun didukung oleh Presiden Joko Widodo. Menurutnya sebagai langkah awal, Esemka menorehkan hal baik dengan langsung menggunakan banyak komponen lokal pada mobilnya.
"Artinya local content-nya sudah baik. Meskipun saya tahu pasti belum sampai angka 80, apalagi 100%. Tapi sebagai sebuah usaha pertama dalam memulai industri otomotif dengan brand dan prinsipal Indonesia, ini kita harus acungi jempol keberanian PT Solo Manufaktur Kreasi ini," ujar Jokowi saat peluncuran perdana Esemka.
(lth/dry)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP