Isu Angker di Jalan Tol Cipularang hingga Pengemudi Doyan Ngebut

Round-Up

Isu Angker di Jalan Tol Cipularang hingga Pengemudi Doyan Ngebut

Tim detikcom - detikOto
Selasa, 03 Sep 2019 07:06 WIB
Isu Angker di Jalan Tol Cipularang hingga Pengemudi Doyan Ngebut
Foto: Dian Firmansyah
Jalanan sekitar KM 90 Tol Cipularang kerap memakan korban. Tak jarang sering dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis hingga dianggap angker. Meminjam istilahnya kecelakaan itu diawali dari pelanggaran, tidak hanya pelanggaran lalu lintas tetapi norma-norma safety.

Pendiri dan Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menepis anggapan tersebut. "Saya mengabaikan perspektif mistis, saya memberikan kacamata safety, waktu kecelakaan Saipul Jamil itu semua orang publik figur angkat bicara dari tokoh politik, sampai pelawak ikut semua berbicara, sampai penduduk setempat yang berbau dukun. Ini yang akhirnya jadi pembodohan bagi orang," kata Jusri kepada detikcom, Senin (2/9/2019).

"Perilaku mengemudi itu menjadikan faktor utama dari penyebab kecelakaan sedangkan faktor lain seperti lingkungan, infrastruktur, kemudian pengemudi lain itu adalah faktor kontributor. Kita sebagai pengemudi tidak bisa mengelola itu (faktor kontributor). Yang bisa kita kelola adalah kita sendiri, apakah kita sudah tertib, apakah teknik mengemudi kita sudah benar, apakah kita kendaraan kita sudah siapkan," jelas Jusri.

Jusri menjelaskan upaya pemerintah untuk mengurangi sosialisasi terkait keselamatan setiap pengguna jalan tol khususnya Cipularang kerap diabaikan. Hal inilah yang sebenarnya menjadi salah satu faktor penyumbang angka kecelakaan di jalan.

"Pertama sebagian sudah dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Jasa Marga pengelola tol dengan membuat bekerja sama dengan polisi atau Dishub dengan membuat papan-papan kampanye seperti rambu atau ada tulisan kalau capek letih, istirahat, kemudian jangan mengebut, kemudian (rambu) tikungan, tanjakan semuanya. Itu sudah cukup baik," ujar Jusri.

"Permasalahannya di sini bukan perlu lagi suatu gerakan lain dalam sosialisasi ini tetapi kembali kepada para pengemudi yang harus menyadari kecelakaan di jalan tol sangat rentan bagi para pengemudi. Jadi orang-orang yang ada di tol lebih rentan terlibat kecelakaan fatal dibandingkan orang-orang yang menggunakan jalan biasa sebab, jalan tol itu kecepatannya relatif tinggi," sambung Jusri

Jusri mengungkapkan penyumbang kecelakaan terbesar banyak pengguna jalan tol tidak memperhatikan aspek atau kecepatan aman. Sebab ketika kendaraan yang melewati ambang batas tinggi maka kendaraan itu akan sulit dikendalikan termasuk misalnya melakukan manuver pemberhentian, atau menghindar.

"Jauh lebih sulit dibandingkan jalan biasa. Karena kecepatan yang tinggi maka momentum kendaraan atau kecepatan massa itu besar, dan tidak mudah dikendalikan oleh steering atau rem," kata Jusri.

"Nah diharapkan para pengemudi harus cerdas, kedua harus tertib, tertib dengan aturan yang ada, kalau di situ 60 km/jam harus ikuti, kemudian di situ harus pindahkan gigi, ikutin," imbau Jusri.


Hide Ads