Banyak Pengemudi Nakal, Ngebut di Tol Cipularang

Banyak Pengemudi Nakal, Ngebut di Tol Cipularang

Ridwan Arifin - detikOto
Senin, 02 Sep 2019 18:05 WIB
Kecelakaan di Cipularang Foto: Istimewa
Jakarta - Sejumlah kendaraan terlibat kecelakaan beruntun di Tol Cipularang atau tepatnya di Km 91, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Pendiri dan Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan rata-rata memang pengguna jalan tol tersebut menggeber kendaraannya lebih dari batas kecepatan maksimal.

Jusri mengungkapkan sebelumnya pernah mencoba menggunakan speed gun atau kamera pengawas kecepatan di jalan tol usai kecelakaan yang menimpa istri dari Saipul Jamil.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena saya ketika kecelakaan Saipul Jamil bersama rekan-rekan wartawan melakukan investigasi di satu titik pada tempat almarhumah istrinya Saipul Jamil kecelakaan itu. Saya sangat kaget dengan perilaku pengemudi di situ. Rata-rata, bersama tim jasa marga di situ, dikawal dengan mobil patroli. Kita membawa speed detector atau speed gun, kita lihat rata-rata pengendara larinya 100 km/jam padahal kecepatan maksimum adalah 80 km/jam," ucap Jusri kepada detikcom, Senin (2/9/2019).

Tidak hanya kendaraan penumpang, Jusri menemukan fakta lain ketika mengamati tol Cipularang di sekitaran KM 90 tersebut. Pengemudi dengan kendaraan besar seperti truk yang membawa barang pun demikian, yakni tidak menggunakan engine brake atau memposisikan gigi dalam keadaan netral ketika memasuki turunan.



"Truk-truk yang jalan di situ tidak menggunakan engine brake, dari rata-rata 10 truk. Mungkin tujuh truk tidak menggunakan engine brake artinya dia lagi turun dia pasang perseneling di netral sehingga dia melakukan pengereman sampai berasap. Saya tanya tanya kok bisa kencang banget tidak ada suara mesin. Saya tanya dengan petugas Jasa Marga yang mengawal kita 'Ya perseneling-nya di netral semua'," kata Jusri.

Kembali Jusri mengingatkan bahwa kecelakaan di jalan tol seperti yang terjadi di Cipularang faktor terbesarnya adalah human error. Bila kondisi jalan dan infrastruktur adalah kontributor.



"Perilaku mengemudi itu menjadikan faktor utama dari penyebab kecelakaan sedangkan faktor lain seperti lingkungan, infrastruktur, kemudian pengemudi lain itu adalah faktor kontributor, kita sebagai pengemudi tidak bisa mengelola itu," kata Jusri.

"Yang bisa kita kelola adalah kita sendiri, apakah kita sudah tertib, apakah teknik mengemudi kita sudah benar, apakah kita kendaraan kita sudah siapkan," tegasnya.


(riar/lth)

Hide Ads