Suzuki Jimny Harganya di Bawah Rp 300 Juta?

Suzuki Jimny Harganya di Bawah Rp 300 Juta?

Ridwan Arifin - detikOto
Rabu, 08 Mei 2019 04:09 WIB
Suzuki Jimny Foto: Pradita Utama
Jakarta - Suzuki Jimny menjadi line up yang selalu hadir di setiap pagelaran otomotif di Tanah Air. PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) mengatakan belum bisa memberikan jawaban yang eksplisit kapan kehadiran mobil jeep ini resmi mengaspal.

Namun mencuplik dari situs Badan Pajak dan Retribusi Daerah Pemprov DKI Jakarta, terdapat dua kode baru kategori Jeep merk Suzuki, yakni 6GVX yang dibanderol mulai dari Rp 246 juta untuk tipe manual dan Rp 256 juta untuk tipe matic.



Dalam kesempatan yang lalu Head of Brand Development & Marketing Research 4W PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Harold Donnel mengatakan bahwa pasar Jimny di Indonesia cukup besar.

"Kami melihatnya sangat baik, sangat terbuka lebar. Karena memang pasar 4x4 ini. Taruhlah misalnya di bawah Rp 400 atau 500 Juta masih terbuka lebar. Sebenarnya dengan produk ini kami percaya diri, namun masih dalam tahap diskusi internal untuk segala sesuatunya," ujar Harold di Kemayoran, Jakarta, beberapa waktu yang lalu.



Pun demikian pihak SIS juga mengatakan belum membuka keran pemesanan secara resmi.

"Kita masih ingin memberi tahu khalayak ramai, karena kan sejak pagelaran auto show yang lalu mungkin belum banyak orang yang tahu, ini sebagai sarana kepada orang untuk memberi tahu ada produk Jimny terbaru yang dimiliki Suzuki secara global," ujar Harold.

Suzuki Jimny di pameran IIMS 2019Suzuki Jimny di pameran IIMS 2019 Foto: Pradita Utama


Selain itu, secara global banyak negara lain yang sudah ngebet terhadap Suzuki Jimny. Bahkan disebutkan, beberapa negara harus rela menunggu hingga satu tahun supaya mobil legendaris berlogo S tersebut bisa tiba di garasi konsumennya.

Suzuki Jimny di IIMS 2019Suzuki Jimny di IIMS 2019 Foto: Pradita Utama


"Secara global, inden Suzuki Jimny sangat mengular. Ada yang 6 bulan bahkan 1 tahun. Maka logika dasarnya, jika memang ada yang pesan akan sulit untuk tidak inden. Tapi sekali lagi, kita harus mengonfirmasi level demand dan supply dahulu sehingga belum bisa dikatakan secara pasti. Kita sih inginnya balance," ujar Harold.

[Gambas:Video 20detik]




(riar/ddn)