Perkembangan Nuklir di RI Terhambat Stigma Negatif

Lipsus

Perkembangan Nuklir di RI Terhambat Stigma Negatif

M Luthfi Andika - detikOto
Selasa, 05 Mar 2019 14:32 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Peneliti Senior Badan Teknologi Nasional (BATAN) Djarot Sulistio Wisnubroto tidak menampik bahwa pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) masih menjadi isu kontroversial di tengah masyarakat dan pemerintah Indonesia.

Terlebih, Djarot mengatakan belum banyak pemimpin di Indonesia berani untuk menjadikan nuklir sebagai janji energi terbarukan. Hal ini juga lahir dari pemahaman masyarakat yang menilai nuklir masih menjadi teknologi berbahaya.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita tidak punya PLTN karena masih isu kontroversial, karena hal ini menyangkut keputusan pimpinan tertinggi di Indonesia," kata Djarot kepada detikOto saat berbincang di Gedung BATAN, Tangerang, Banten.

"Persepsinya itu adalah apa orang Indonesia bisa mengelola atau tidak, jadi hal ini menimbulkan pro dan kontra," kata Djarot.



Indonesia saat ini sudah memiliki reaktor nuklir untuk kepentingan riset, yakni Bandung, Yogyakarta, dan Banten.

mobil berbekal nuklirmobil berbekal nuklir Foto: Grandyos Zafna


Kendati demikian, lanjut dia, masih banyak masyarakat yang belum menerima hal tersebut. Sebab mereka khawatir bahaya yang akan ditimbulkan apalagi wilayah Indonesia berada di lingkungan cincin api pasifik.

"Sebagian masyarakat khawatir terhadap gempa, tsunami. Orang Indonesia bisa tidak mengelola bencana alam tersebut, apalagi ditambah dengan reaktor nuklir. Stigma seperti itu menurut saya, kita cari saja daerah yang aman dari tsunami atau tingkat gempanya rendah," kata Djarot.



"Bisa kita buat di Kalimantan misalnya, atau memang kalau mau di pusat industri di Batam, daerah-daerah yang relatif bersih, saya tidak katakan ada gempa di sana namun memiliki potensi yang kecil," ujar Djarot.

"Dengan cara tersebut kita bisa meyakinkan ke masyarakat ini lho daerah yang bisa dibangun PLTN," tutur Djarot. (lth/ddn)

Hide Ads