Mungkinkah Mobil Pakai Bahan Bakar Nuklir?

Lipsus

Mungkinkah Mobil Pakai Bahan Bakar Nuklir?

Ridwan Arifin - detikOto
Selasa, 05 Mar 2019 11:19 WIB
Reaktor Nuklir Batan (Foto: Dikhy Sasra)
Jakarta - Dunia saat ini tengah memikirkan penggunaan bahan bakar alternatif untuk kendaraan yang ramah lingkungan. Pemerintah Indonesia sendiri menuju ke arah tren penggunaan kendaraan listrik.

Selain menggunakan panel surya, atau penyimpanan listrik melalui baterai. Terdapat satu teknologi yang sebenarnya sudah sangat lama digunakan oleh manusia.

Tetapi perlu digarisbawahi, penggunaannya harus dengan kehati-hatian karena faktor risiko yang tidak kecil, yakni nuklir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti yang diungkapkan Peneliti Senior Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN) Djarot Sulistio Wisnubroto mengungkapkan bahwa sebenarnya penggunaan nuklir sebagai bahan bakar kendaraan sudah sejak lama digunakan, bahkan sebelum kendaraan listrik muncul.

"Secara teoritis memungkinkan, nuklir menghasilkan energi dan hal itu sudah dipraktekkan," buka Djarot kepada detikOto di Gedung BATAN, Tangerang, Banten.

Mantan Kepala BATAN ini mengisahkan pemanfaatan nuklir untuk transportasi dimulai tahun 1950-an. USS Nautilus menjadi kapal selam pertama yang beroperasi menggunakkan tenaga nuklir.



"Kapal selam bisa berbulan-bulan menyelam tanpa harus shut down atau naik ke atas mengisi bahan bakar," ungkap Djarot

Pria ramah ini juga menceritakan bahwa di tahun yang sama Henry Ford sudah membuat prototipe untuk mobil bertenagakan nuklir yang dinamakan Ford Nuclean, namun harus dihentikan karena terbentur biaya yang besar.

"Nuklir itu memang tenaganya besar bayangkan saja hanya beberapa gram saja bisa menghasilkan beberapa ribu mega watt. Prototipe Ford bisa sampai lima ribu mil tanpa recharge," lanjut Djarot.

Ia pun mencoba mencontohkan lain dengan apa yang dilakukan NASA dengan kendaraan nirawak Curiosity Rover untuk menjelajah planet mars yang sudah menggunakan reaktor nuklir.



"Sebagai tenaga penggerak sudah dipraktekkan, seperti kapal selam. Atau dengan teknologi berbeda tapi itu sangat kecil sekali dan ringan, misalnya nirawak untuk menjelajah mars," ujar Djarot.

Beberapa contoh di atas menggambarkan bahwa bukan tidak mungkin bila kendaraan bisa berbasis tenaga nuklir. Namun lain di Mars, lain cerita dengan Bumi.

Keamanan masih menjadi faktor penentu diterimanya nuklir sebagai motor penggerak. Banyaknya manusia serta lalu lalang kendaraan lain di bumi, besar kemungkinannya akan meningkatkan risiko kecelakaan, sehingga bahaya radioaktif saat kebocoran menjadi momok menakutkan.

Seperti yang dikatakan Djarot bahwa perlindungan untuk senyawa radioaktif yang optimal sangatlah tebal dan berpotensi membuat kendaraan mendapat tambahan bobot yang banyak hanya untuk lapisan pelindung ini.

"Jadi reaktor nuklir bisa digunakan pada kendaraan tetapi butuh perisai yang sangat tebal sekali," kata Djarot.

Selain lapisan pelindung, kabar buruk lainnya adalah reaktor nuklir ini punya ukuran yang sangat besar sehingga memakan ruangan dalam kendaraan. Bila penemuan ini berhasil maka industri otomotif patut berbahagia.

"Fokus sekarang ahli nuklir saat ini adalah menciptakan suatu reaktor sekecil-kecilnya istilahnya portabel. Dengan cara itu dan bisa diterima masyarakat baru kita bisa masuk ke ranah otomotif," tutur Djarot.

Memang dalam penjelasannya dikatakan dua hal keuntungan yang didapat bila kendaraan bertenaga nuklir yakni menghasilkan emisi gas buang yang hampir nol serta tenaga yang dihasilkan dari reaksi nuklir sangat besar. (riar/ddn)

Hide Ads