"Pengguna khusus itu paling mudah untuk dikontrol, seperti di Bandara misalkan. Karena, kalau angkutan khusus itu end-to-end-nya jelas. Berangkat dari dan ke suatu tempatnya jelas," tanggap Putu di seminar otomotif Indonesia-Jepang, Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan Putu tersebut sekaligus mengamini saran Ketua Umum Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) Johannes Loman yang berpendapat tentang peruntukan kendaraan listrik di tahap awal beberapa waktu lalu. Katanya, ada baiknya kendaraan listrik dimulai dari angkutan umum dahulu.
"Angkutan umum kan paling banyak beredar di jalanan, tak pernah berhenti," ujarnya.
Baca juga: Bakal Ada Taksi Listrik di Indonesia |
Pada kesempatan sama, Ahli Teknik Ketenagalistrikan ITB Agus Purwadi juga menyatakan bahwa penerapan kendaraan listrik untuk kendaraan pribadi bakal lebih mahal. Sebab harus ada investasi yang keluar untuk pembuatan charging station khusus.
"Ya kalau kita ingin menerapkan kendaraan listrik ke transportasi, bukan massal atau pribadi, pemerintah harus turun. Tidak bisa dibiarkan terus ke mal untuk charging. Pasti akan banyak banget (antreannya). Jadi, mungkin bisa ditaruh di beberapa sudut di kantor. Kan lumayan 6-8 jam ngecas," kata Agus.
Dirinya mencontohkan Jepang yang rela mengeluarkan dana sampai US$ 1,3 miliar untuk instalasi charging station di berbagai titik. "Jepang saja kan sampai menghabiskan US$ 1,3 miliar hanya untuk charging station saja. Nah ini pemerintah kita harus komitmen kalau mau ke sana," tutupnya. (ruk/rgr)
Komentar Terbanyak
Permohonan Maaf Pemotor Nmax yang Viral Adang Bus di Tikungan
Ramai Ditolak SPBU Swasta, Apa Dampak Kandungan Etanol pada BBM untuk Mobil-Motor?
Harga Asli BBM Pertalite Dibongkar Menkeu Purbaya, Bukan Rp 10 Ribu!