Tanpa Mobil Klasik Takkan Ada Mobil Baru

Tanpa Mobil Klasik Takkan Ada Mobil Baru

Khairul Imam Ghozali - detikOto
Rabu, 04 Apr 2018 09:59 WIB
Pameran mobil klasik. Foto: Rifkianto Nugroho
Tangerang - Keberadaan mobil klasik di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain antik, mobil klasik juga punya nilai sejarah. Jika tidak ada mobil klasik, maka tidak akan ada mobil baru.

"Bayangin, saya bawa anak usia dua tahun dan empat tahun, ketika mereka remaja gitu bawa mobil klasik itu umurnya kan sudah 100 tahun lebih, tapi mereka bisa bilang kalau nggak ada yang ini nggak bakalan ada yang baru," ujat Pembalap Nasional Rifat Sungkar, kepada detikOto, di Karawaci, Tangerang.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adanya mobil klasik ini membuktikan bahwa ada sebuah perkembangan dari waktu ke waktu terkait perubahan di dunia industri roda empat Tanah Air.

"Kita melihat mobil klasik itu buat ngehargain sejarah, kita ngerasain mobil klasik buat ngehargain sejarah, dan kita bisa tahu bahwa evolusi itu terjadi di industri otomotif," tutur Rifat.

Meski mengandung banyak nilai sejarahnya, tak melulu yang punya mobil klasik adalah orang yang sudah berumur. Ibarat fashion, kata Rifat, banyak anak muda yang kini gemar main mobil klasik.

"Jadi di dunia manusia makin banyak mobil klasik makin dikit, berarti demand-nya juga makin tinggi, rata-rata orang beranggapan mobil tua yang punya orang tua, tapi seperti fashion, terbalik, fashion tua, generasi muda," katanya.



"Kita tuh harus amaze sama orang-orang sama industri yang bisa buat mobil sekitar 50-100 tahun yang lalu, sekarang saja susah gitu ya ribet buatnya gimana waktu itu," tambah Rifat.

Rifat mengatakan Indonesia yang dulu dijuluki macannya Asia pernah disinggahi mobil-mobil terbaik pada masanya. Untuk itu dirinya menganggap mobil klasik adalah warisan berharga bagi Indonesia.

"Ingat nggak dulu itu Indonesia adalah negara paling maju lah di kawasan Asia, dan saat itu mobil-mobil terbaik pada masanya ada di Indonesia, jadi itu kaya warisan budaya untuk Indonesia," ujarnya.

Namun sayangnya kata Pembalap Rally yang sudah meraih berbagai penghargaan baik di dalam maupun luar negeri itu mengatakan, banyak peraturan yang membuat mobil klasik susah berkembang di Indonesia.

"Banyak dari mereka yang menganggap mobil klasik adalah sampah, tapi sebagian orang juga berpikir sebuah batu itu adalah emas," kata Rifat.

Selain itu, lanjut Rifat mengatakan, banyak juga orang yang berpikir keberadaan mobil klasik mengganggu lalu lintas, alias menuh-menuhin jalanan padahal hanya barang bekas..



"Padahal penjualan industri otomotif Indonesia itu setahun kan satu juta mobil, mobil tua total dari tahun 30-an sampai sekarang paling 100 ribu mobil nggak sampai, nggak ngaruh di jalan sebenarnya," lanjutnya.

Sementara itu, Pemilik Kedai Built-up, Helmie Sarosa, mengatakan ada empat faktor utama mobil klasik itu akan tinggi harga jualnya. Yang pertama pilihlah mobil klasik yang diimpor.

Lalu yang kedua, kata Helmie, jika ingin mendapat harga yang tinggi, pilihlah mobil klasik yang pintunya hanya dua. "Disebut mobil sport dan jelas menarik perhatian karena selain jarang, bentuknya pasti berbeda alias menarik pandangan mata," katanya.

Selanjutnya, pilihlah mobil jenis ST Wagon. Jenis mobil keluarga ini, kata Helmie, jarang dijual oleh produsen, sehingga rata-rata mobil jenis ini diimpor, sehingga cukup menarik untuk pencinta mobil klasik dan sulit didapat.

Yang terakhir, Helmie menegaskan, dari tiga faktor yang bisa membuat mobil klasik punya harga jual yang tinggi itu, kejelian dalam memilih mobil harus digunakan, meski mobil tersebut built-up, pintu dua, dan jenisnya ST Wagon.

(khi/rgr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads