Penerapan standar bahan bakar tersebut tidak hanya berdampak pada industri kendaraan yang sulit mengekspor mobil ke luar negeri, tetapi juga biaya yang dikeluarkan masyrakat untuk kesehatan jadi lebih mahal karena terkena penyakit akibat polusi kendaraan.
"Kita minta Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) untuk data dari Kemenkes orang yang sakit karena polusi, gangguan asma yang langsung, yang nggak langsung nanti kelihatan berapa kerugian kita pakai Euro2 ini," ungkap Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan di Shangri-La Hotel, Jakarta, Senin (14/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lebih sekitar Rp 38 triliun di Jabodetabek saja satu tahun, karena yang dihitung kan orang sakit nggak bisa masuk kerja aktivitas menurun itu dirupiahkan, banyak yang harusnya nggak kena tekanan darah tinggi jadi kena. Itu data dari PBB kalau nggak salah, sumbernya UN," tambah Sekjen Gaikindo, Kukuh Kumara.
"Intinya kalau mau bersih 2 hal itu lah kita lakukan emisi karbon dan BBM," sambung Putu.
Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla berharap standar bahan bakar Euro4 akan terwujud dalam waktu dekat. Pertamina pun siap dengan bahan bakar di 2019.

(dry/ddn)












































Komentar Terbanyak
Inikah Calon Mobil Nasional Indonesia yang Disebut Prabowo Bakal Ada Tiga Tahun Lagi?
Curhat Prabowo Sudah Lama Nggak Nikmati Alphard, Tiap Hari Naik Maung
Kakorlantas: Bayar Pajak Kendaraan Semudah Beli Pulsa