Siti Rahayu, Pahlawan Tenun Tapis Lampung

Datsun Risers Expedition

Siti Rahayu, Pahlawan Tenun Tapis Lampung

Khairul Imam Ghozali - detikOto
Senin, 14 Nov 2016 15:36 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Di Lampung ternyata cukup banyak pahlawan-pahlawan lokal. Setelah sosok pendiri taman baca, pelestari tarian lokal ada lagi satu sosok yang menjaga budaya.

Dia adalah Siti Rahayu, salah satu pengrajin Tenun Tapis khas Lampung. Siti sampai saat ini masih menjaga kebudayaan asli Lampung tersebut.

"Tapis ini budaya dari Lampung, Tapis juga biasa digunakan raja-raja Lampung yang untuk pesta, anaknya nikah gitu. Saya sendiri udah mulai dari 1998, mulai mengerajin tapis," ujarnya saat ditemui para Datsun Risers, Minggu (13/11/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rahayu yang sudah memiliki gallery sendiri di rumahnya, dengan nama Gallery Rahayu di jalan Soekarno Hatta no 3, Tanjung Senang, Kedaton, Bandar Lampung ini mengatakan sudah membuat perubahan pada tenun Tapis, tapi tidak menghilangkan keaslian budaya dan kualitasnya.

"Tapis Lampung itu terkenal dengan berat dan kaku, kita coba gimana caranya membuat enggak berat dan kaku, karena itu lah orang-orang punya kesempatan memakai Tapis ini, kita renovasi," ujar Rahayu.

"Kalau kita jaga kualitasnya, itu orang mau cepat atau lama pesannya tetep harus bagus, kemudian sekarang karena tapis banyak ya jadi saya membuat modifikasi segala macem, jadi saya harapkan semua orang senang," tambah Rahayu.

Rahayu juga mengatakan ada beberapa nama dari segi pemakaiannya, salah satunya adalah Matakibaw.

"Biasanya orang Lampung itu kalau mau pesta pake yang motifnya penuh, namanya Matakibaw, suami istri make pas anaknya nikah, atau sekarang kaya pesta di gedung gitu," tutur Rahayu.

Tenun Tapis dari Rahayu ini juga sudah tersebar keseluruh Indonesia, bahkan sudah ada yang tersebar luar negri.

"Kalau keluar di timur tengah, ada lagi dari selangor, johor, penan," kata Rahayu.

Kisaran harga tertinggi untuk tenun Tapis ini Rp 15 jutaan. Sedangkan untuk pengerjaan paling cepat satu bulan dan paling lama dua bulan.

"Tergantung mereka yang mengerjakan. Ngerjainnya siang malam ga, makin sering yang mengerjakan makin cepat," ucap Rahayu.

(ddn/ddn)

Hide Ads