"Robotisasi automation itu tidak bisa dicegah. Tapi yang harus kita jawab bagaimana kita bisa bersinergi atau inline dengan itu," ujar Direktur Administrasi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, di Karawang Jawa Barat.
"Jadi ada yang dilansir oleh ILO (Organisasi Buruh Internasional) kalau tidak salah, beberapa pekerjaan kita bisa di-occupied dengan sistem otomatis. Tapi jangan kan di Indonesia, di Amerika Serikat saja 50 persen job-nya itu terancam di-occupied oleh otomation," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah oleh karena itu yang harus diajarkan adalah kita jangan menolak otomation. Karena ini sudah menjadi tren, tapi bagaimana kita mempersiapkan kita bisa bekerja in-line dengan sistem otomatis. Contoh sekolah jangan terlalu banyak diajarkan untuk menghafal lagi, tapi diajarkan bagaimana problem solving," katanya.
"Memang otomation enggak akan berhenti, tapi sekarang yang terjadi di Jepang itu otomation bergeser. Dan mulai dikerjakan manual lagi, supaya apa? Agar bisa improve lagi, soalnya kan yang bisa melakukan improve adalah orang," tambahnya.
Namun di saat penyegaran atau perubahan sudah dilakukan, maka sistem robotik akan dipergunakan lagi.
"Tadi yang udah pake stamping besar-besar itu, sekarang menggunakan yang kecil-kecil. Bahkan sekarang sudah menggunakan tangan, nah waktu dia menggunakan tangan itu si pekerja akan berpikir, bagaimana bisa sebuah merek meng-improve pekerjaan itu, begitu bisa improve maka akan otomatis (sistem robotik lagi-Red). Sehingga orang dan mesin harus bekerja inline," katanya.
"Sehingga ancaman untuk pekerja manusia tergeser, tidak ada? Selama manusianya itu mengembangkan potensinya, maka tidak akan ada ancaman. Tapi kalau enggak, pasti terlibas," tambahnya. (lth/ddn)












































Komentar Terbanyak
Ketemu Fortuner Berstrobo Arogan di Jalan, Viralin!
Perang Harga Mobil China di Indonesia: Merek Lain Dibikin Ketar-ketir
Viral Bocah 9 Tahun di Makassar Dapat Hadiah Ultah Lamborghini Revuelto Rp 23 M