Meski pemerintah kota telah sepekan memberlakukan kebijakan pembatasan jumlah mobil yang melintasi wilayahnya, namun tingkat polusi udara di New Delhi masih sangat tinggi. Banyaknya populasi kendaraan dan penggunaan batubara oleh pembangkit listrik menjadikan tingkat polusi belum terkurangi.
Laman BBC, Kamis (7/1/2016), melaporkan sejatinya kebijakan yang ditempuh pemerintah kota itu cukup baik, yakni menetapkan kendaraan yang boleh melintasi kota secara bergiliran berdasar pelat nomor. Kendaraan dengan nomor ganjil diperbolehkan melintasi jalanan kota, dan nomor genap di hari berikutnya. Secara teori, pembatasan ini harusnya bisa mengurangi polusi.
Namun, tingginya jumlah populasi kendaraan di kota tetap saja masih menyemburkan polutan yang tinggi ke udara. Maklum, meski dibatasi secara bergiliran masuk kota, namun jumlah kendaraan yang melintasi kota saban harinya masih sebanyak 9 juta unit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber pencemaran udara lainnya adalah pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar batubara untuk menggerakkan generator. Pembangkit ini disebut banyak menggunakan batubara untuk menghasilkan listrik yang dibutuhkan oleh 25 juta keluarga pelanggannya.
Sedangkan, meski terbilang cukup kecil, namun kegiatan membakar sampah pada malam hari yang dilakukan oleh penduduk miskin di New Delhi untuk menghangatkan badan mereka saat musim dingin juga memberi kontribusi. Begitu pun dengan kegiatan rumah tangga yang memasak dengan bahan bakar dari kotoran sapi.
Sejumlah kalangan berpendapat, fakta ini bukan berarti niatan untuk mewujudkan udara kota yang bersih dari polutan akan sia-sia. Sebab, untuk mewujudkan suatu keinginan tidaklah semudah membalik tangan atau hanya dengan mengetukkan tongkat ajaib, tetapi juga membutuhkan kemauan dan langkah nyata.
Hanya saja, satu hal lain yang juga cukup menjadi kendala bagi New Delhi adalah kemauan politik dari pemangku kepentingan politik di kota yang juga menjadi penentu kebijakan.
Maklum, kebijakan pembatasan kendaraan untuk mengurnagi polusi digagas oleh partai Aam Aadmi, saingan dari partai terkuat di India, Partai Bharatiya Janata (PJB). Sedangkan PJB sendiri diketahui menolak kebijakan pembatasan seperti itu karena dianggap sia-sia.
Padahal, hingga kini polusi udara di New Delhi diketahui 50 persen lebih tinggi dibanding tingkat polusi di ibu kota China, Beijing. Bahkan bila dilihat dari alat ukur polusi yang ditempatkan di berbagai sudut kota, tingkat polusi New Delhi 15 kali lipat ambang batas.
(arf/ddn)












































Komentar Terbanyak
Ketemu Fortuner Berstrobo Arogan di Jalan, Viralin!
Perang Harga Mobil China di Indonesia: Merek Lain Dibikin Ketar-ketir
Apakah Pertalite Mengandung Etanol?