Koordinator Pembelajaran Industri Kreatif di SMKN 2 Surakarta, Dwi Budhi Martono menjelaskan kalau saat ini Esemka masih terus diproduksi. Tiap bulannya ada 20-25 unit Esemka yang lahir ke dunia.
"Esemka itu siapa pun presidennya, ini kita akan tetap berjalan terus. Terus terang saja tidak ada keterkaitan antara Pak Jokowi, dan Pak Prabowo," ujarnya kepada detikOto. "Pas (Jokowi) jadi gubernur saja tidak dipakai mas," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bulan ini saja, Esemka mengirimkan beberapa unit produknya ke berbagai daerah mulai dari Kediri, Lampung, Tasikmalaya, Wonogiri, Surabaya dan Gresik.
Permintaan terkait Esemka menurutnya cukup besar, hanya saja keterbatasan biaya produksi menjadi salah satu alasan kenapa hanya sedikit Esemka yang bisa mereka produksi tiap bulannya.
Meski begitu, Esemka menurutnya adalah satu entitas yang mandiri, yang tidak tergantung dari sokongan pemerintah. Itu mereka lakukan karena Esemka sebenarnya memang memiliki peluang untuk berkembang.
"Prospeknya (Esemka) ada, tanpa pertimbangan politik ya. Kita punya harapan siapa pun presidennya bisa mengakselerasi industri nasional yang ada. Kalau memang ada goodwill membangun negeri ini agar jangan tergantung dari impor ya harus mendukung industri dalam negeri," lugasnya.
Melihat ke belakang, Esemka merupakan sebuah produk hasil rakitan siswa-siswa SMK untuk membuktikan kalau SDM Indonesia sebenarnya bisa membuat mobil. Sebelum Jokowi mempopulerkan Esemka,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebenarnya sudah mengetahui mobil lokal ini. Bahkan SBY sempat meminta pembuatan mobil yang masih prototipe waktu itu dilanjutkan.
SBY Senyum-senyum Lihat Esemka
Ketika menghadiri perayaan Hari Pendidikan Nasional di Bandung, 26 Mei 2009 lalu, SBY menyempatkan untuk datang, dan terkesima ketika melihat mobil buatan anak-anak SMK tersebut dipajang. SBY pun sempat membubuhkan sekalimat harapan dan tanda tangan di kap mesin mobil Esemka Digdaya 1.5i. Apa yang ditulis SBY?
"Karya yang sangat membanggakan, saya harap dilanjutkan," tulis SBY meniru jargonnya selama kampanye presiden 2009 lalu.

(syu/ddn)












































Komentar Terbanyak
Di Indonesia Harga Mobil Terkesan Mahal, Padahal Pajaknya Aja 40%!
Tanggapan TransJakarta soal Emak-emak Ngamuk Nggak Dikasih Duduk
Biaya Perpanjang SIM Mati tanpa Bikin Baru