Ini Alasan BYD Bangun Pabrik Mobil Listrik di Turki

Luthfi Anshori - detikOto
Kamis, 11 Jul 2024 20:38 WIB
Mobil listrik BYD. Foto: Dok. BYD
Jakarta -

BYD resmi menanamkan investasi di Turki dengan angka senilai USD 1 miliar (Rp16,3 triliun) yang digunakan untuk membangun pabrik produksi mobil listrik, dan juga pusat riset dan pengembangan. Ini alasan BYD mendirikan pabrik di Turki.

Seperti dikutip dari Nikkei Asia, ada beberapa faktor yang membuat BYD menanamkan investasi besar-besaran di Turki. Faktor pertama adalah, Turki merupakan negara yang memiliki basis otomotif dan teknologi yang cukup kuat dan mapan. Turki bisa memproduksi mobil untuk memenuhi pasar domestik dan pasar ekspor.

"Keunggulan Turki seperti ekosistem teknologi yang berkembang, basis pemasok yang kuat, lokasi luar biasa (strategis), dan tenaga kerja yang terampil, investasi BYD dalam fasilitas produksi baru ini akan semakin mengembangkan kemampuan produksi lokal merek tersebut dan meningkatkan efisiensi logistik," tulis pernyataan BYD.

BYD Seal 06 DM-i Foto: Dok. BYD

"Kami (BYD) bertujuan untuk menjangkau konsumen di Eropa dengan memenuhi permintaan kendaraan energi baru yang terus meningkat di wilayah tersebut," sambungnya.

Dikatakan Menteri Perindustrian dan Teknologi Turki Mehmet Fatih Kacir, Turki adalah produsen mobil terbesar ketiga di Eropa. "Kami melihat transformasi menuju kendaraan listrik generasi baru dan ramah lingkungan sebagai tujuan utama sektor otomotif, yang merupakan sektor unggulan dalam ekspor dengan volume tahunan melebihi USD 35 miliar," jelas Kacir.

Sebagai informasi, Turki memproduksi lebih dari 1,4 juta mobil pada tahun 2023, di mana sekitar 70% di antaranya adalah mobil penumpang. Turki sebagai jembatan antara Asia dan Eropa memiliki perjanjian serikat pabean dengan Uni Eropa dan perjanjian perdagangan bebas dengan lebih dari 20 negara, termasuk negara tetangga Mesir dan Georgia, Korea Selatan, Malaysia, dan Singapura.

Sebelumnya di Turki juga terdapat beberapa merek mobil global yang sudah mendirikan pabrik, seperti Toyota, Ford, Renault, dan Hyundai. Mereka mendirikan pabrik untuk memenuhi permintaan domestik dan kebutuhan ekspor.

BYD juga jadi pabrik mobil asing terbaru di Turki setelah sekian lama tak ada merek baru yang mendirikan pabrik di negara ini. Merek mobil asing terakhir yang mendirikan pabrik di Turki adalah Honda pada tahun 1997. Pabrik ini ditutup pada 2021 setelah merek Jepang tersebut memutuskan menarik diri dari produksi mobil Eropa sepenuhnya.

Mobil sedan listrik Turki Togg T10F Foto: Dok. Togg

Industri Mobil Listrik di Turki

Alasan lain mengapa BYD mau berinvestasi di Turki adalah lantaran negara ini mengalami tren peningkatan penjualan kendaraan listrik. Sekitar 65.000 mobil listrik terjual di Turki tahun lalu, yang mencakup sekitar 7% dari total penjualan mobil penumpang di negara tersebut.

Merek mobil listrik lokal Turki, Togg, yang didirikan lima tahun lalu menjadi tuan rumah di negara sendiri dengan menguasai hampir 30% pasar kendaraan listrik Turki tahun 2023, diikuti oleh Tesla sebesar 18,5%. BYD baru masuk pada Oktober 2023 dan menjual kurang dari 1.000 unit model Atto 3 dan meraih pangsa pasar 1%.

Pemerintah Turki sadar bahwa penetrasi merek-merek mobil China ke negaranya bisa membuat merek lokal mereka kalah saing. Maka itu, pemerintahan Turki yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdoğan berusaha melakukan proteksi merek lokal dengan memberlakukan tarif impor sebesar 40% untuk mobil listrik buatan China di atas tarif yang sudah ada sebesar 10%. Kebijakan ini diberlakukan sejak Maret 2023.

Turki kemudian mengambil langkah-langkah tambahan, seperti mewajibkan produsen kendaraan listrik dari negara-negara yang tidak memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Turki, untuk mendirikan setidaknya 20 pusat layanan perawatan dan perbaikan di seluruh negeri yang harus dimiliki oleh mereka sendiri atau distributor mereka. Hal ini pun berdampak pada merek-merek China dan Jepang.

Selanjutnya pada Juni 2023, pemerintahan Turki kemudian memperluas kebijakan tarif impor sebesar 40% tersebut untuk mendorong investasi perusahaan-perusahaan China di negaranya. Turki akan menghapus tarif impor tambahan sebesar 40% tersebut jika produsen mobil listrik asal China mau berinvestasi dan membangun pabrik di negaranya.

Di sisi lain, BYD akan memanfaatkan posisi strategis Turki yang dekat dengan wilayah Eropa. Seperti diketahui, baru-baru ini organisasi Uni Eropa telah memberlakukan tarif sementara sebesar 17,4% pada kendaraan listrik BYD yang dibuat di China di atas pungutan sebesar 10% yang berlaku pada mobil standar. Tarif sementara Uni Eropa ini berlaku setelah Amerika Serikat menaikkan bea masuk empat kali lipat pada kendaraan listrik buatan China menjadi lebih dari 100%.

Dengan membangun pabrik di Turki, maka mobil-mobil BYD produksi Turki yang bakal dipasarkan di Eropa, bisa menghindari regulasi pajak tersebut. Sebab Turki dan juga Uni Eropa memiliki perjanjian serikat pabean.

Pabrik BYD di Turki direncanakan beroperasi pada akhir 2026. Pabrik ini bakal menjadi pabrik kendaraan listrik pertama yang dimiliki oleh produsen asing di Turki. Fasilitas ini diperkirakan akan mempekerjakan 5.000 orang dan memproduksi sebanyak 150.000 unit mobil listrik per tahun.



Simak Video "Video: Bupati Subang Akui Banyak Investor Urungkan Niat gegara Premanisme"

(lua/dry)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork