Mobil listrik umumnya punya fitur pengereman regeneratif (regenerative braking), termasuk Hyundai Ioniq 5. Keberadaan sistem tersebut memungkinkan kendaraan menghasilkan energi saat melakukan pengereman.
Bonar Pakpahan selaku Product Expert PT Hyundai Motor Indonesia (HMID) menjelaskan, regenerative braking merupakan teknologi yang memungkinkan mobil listrik Hyundai mengisi daya secara mandiri dari energi kinetik hasil deselerasi kendaraan.
Selain mengisi daya listrik ke baterai, kata Bonar, regenerative braking juga membuat penggunaan rem menjadi lebih efisien.
"Ini merupakan sebuah proses energy recovery dari sistem pengereman, di mana energi kinetik atau energi yang terjadi akibat adanya obyek yang bergerak itu bisa dikembalikan, yang tadinya dilakukan begitu saja dalam proses pengereman, kini bisa diambil sebagian untuk diubah kembali menjadi energi listrik yang bisa disimpan di baterai," kata Bonar di Surabaya, Jawa Timur.
Cara kerja regenerative braking sebenarnya mirip-mirip engine braking pada mobil pembakaran internal (ICE). Hanya saja, pada kendaraan ICE, energi terbuang sia-sia dan menghasilkan panas. Sementara hal tersebut tak terjadi pada mobil listrik.
Lebih rinci, Bonar menerangkan, mobil listrik Hyundai sudah dilengkapi paddle shifter di balik setir kemudi. Tuas tersebut berfungsi untuk mengatur level regenerative braking dengan opsi nol sampai tiga. Menurut Bonar, makin tinggi levelnya, maka makin kuat pengurangan lajunya.
"Jadi tersedia empat level, mulai dari level 0, level 1, level 2, level 3, dan yang terakhir i-Pedal," ungkapnya.
i-Pedal merupakan fitur yang memberikan kontrol kecepatan mobil yang meliputi akselerasi dan deselerasi tanpa harus menggunakan paddle shifter secara manual. Sehingga, pengemudi bisa melakukan gas-rem hanya dengan memanfaatkan satu pedal saja.
"Itulah kenapa pada mobil listrik Hyundai disebut dengan Smart Regenerative System, karena dia bisa menyesuaikan sendiri level regenerative braking dengan membaca kondisi di sekitar kendaraan dengan menggunakan radar dan sebagainya," kata Bonar.
Ketika mengemudi di wilayah perkotaan dan kondisi lalu lintas padat, regenerative braking akan lebih sering bekerja. Sehingga, membuat kapasitas baterai tak cepat turun, lantaran mendapat tambahan daya dari sistem regenerative braking.
Perlu dicatat, sistem regenerative braking bukan mengambil tenaga dari friksi yang dihasilkan sistem pengereman antara kampas rem dan cakram. Deselerasi dihasilkan negative torque dari regenerative braking tersebut.
Simak Video "Video Viral Mobil Listrik Mogok Bikin Macet Panjang di Ancol Jakut"
(sfn/rgr)