Indonesia Disebut Bisa Kaya Raya seperti Arab Saudi Berkat Baterai EV

Indonesia Disebut Bisa Kaya Raya seperti Arab Saudi Berkat Baterai EV

Septian Farhan Nurhuda - detikOto
Jumat, 08 Sep 2023 18:08 WIB
PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL) resmi melakukan ekspor perdana nikel sulfat di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, Jumat (16/6/2023). Sebanyak 5.584 ton nikel sulfat yang dikemas dalam 290 kontainer siap dikapalkan ke salah satu mitra bisnis NCKL yang berada di China.
Berkat nikel, Indonesia bisa kaya raya seperti Arab Saudi dengan minyaknya. Foto: Dok. PT HPL
Jakarta -

Indonesia Baterai Corporation (IBC) menegaskan, kepemilikan nikel sebagai bahan baku baterai yang melimpah membuat Indonesia berpeluang menjadi negara kaya di tengah tren kendaraan listrik global. Menurut IBC, Tanah Air bisa seperti Arab Saudi yang sukses berkat hasil bumi.

Direktur Utama IBC, Toto Nugroho mengatakan, jika Arab Saudi menjadi kaya berkat minyak buminya, maka Indonesia semestinya bisa bernasib sama melalui nikelnya yang melimpah.

"Indonesia punya potensi besar seperti Arab Saudi (yang kaya raya) berkat minyaknya. Ini keuntungan kita punya sumber daya nikel. Jadi selain meningkatkan permintaan domestik soal EV di dalam negeri, kita bisa memenuhi kebutuhan baterai di seluruh dunia," ujar Toto di Indonesia Sustainability Forum (ISF), Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Shell Recharge hadir di Mal Pacific Place Jakarta. Hadirnya SPKLU ini merespons bertambahnya pengguna mobil listrik.Ilustrasi kendaraan listrik. Foto: Andhika Prasetia

Menurut Toto, dalam beberapa tahun ke depan, permintaan nikel sebagai bahan baku baterai EV akan meningkat pesat, bahkan hingga 70 persen. Kenyataan tersebut tentu menjadi kabar baik untuk negara seperti Indonesia yang punya cadangan nikel berlimpah.

"Kita ada nikel yang merupakan salah satu komponen baterai dan kita telah produksi di sini. Saya rasa beberapa tahun ke depan akan meningkat 70 persen jadi Indonesia punya potensi besar seperti Arab Saudi dalam hal minyak," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Toto mengingatkan, pengelolaan nikel harus dilakukan dengan cara-cara yang baik dan menjunjung tinggi nilai-nilai keberlanjutan. Ketika kebutuhan nikel makin besar, maka dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat.

"Ketika mengelola nikel, semuanya harus dilakukan dengan cara-cara yang baik. Semuanya harus mengikuti standar, kemudian soal limbah (baterai) juga. Jadi ketika semua standarnya dijalankan dengan benar, maka (mobil listrik) bisa sepenuhnya hijau," tuturnya.

Hasil Nikel dari Harita Nikel di Pulau ObiHasil Nikel dari Harita Nikel di Pulau Obi Foto: Achmad Dwi/Detikcom

Lebih jauh, Toto menambahkan, meski punya nikel melimpah, namun pasar kendaraan listrik di Indonesia masih sangat kecil. Bahkan, kita tak ada apa-apanya dibandingkan negara-negara raksasa seperti China dan Amerika Serikat.

"Kita harus menyadari soal bagaimana pertumbuhan kendaraan listrik di dunia. Sekarang, Tiongkok (penjualan kendaraan listrik setahun) sudah 6 juta unit, Amerika Serikat 3 juta. Sementara Indonesia masih belasan ribu unit," kata Toto.




(sfn/dry)

Hide Ads