Pasar Kendaraan Listrik di Indonesia Cuma 'Seujung Kuku' AS-China

Pasar Kendaraan Listrik di Indonesia Cuma 'Seujung Kuku' AS-China

Septian Farhan Nurhuda - detikOto
Jumat, 08 Sep 2023 11:08 WIB
Pabrik mobil listrik di China.
Pabrik mobil listrik di China. Foto: Carnewschina
Jakarta -

Sejak beberapa tahun terakhir, pasar kendaraan listrik di Indonesia mulai tumbuh pesat. Namun, jika dibandingkan raksasa dunia seperti Amerika Serikat (AS) dan China, ternyata belum ada apa-apanya.

Direktur Utama (Dirut) Indonesia Battery Corporation (IBC), Toto Nugraha secara tak langsung menegaskan, pasar kendaraan listrik di Tanah Air hanya 'seujung kuku' Amerika Serikat dan China. Sebab, secara angka, sangat tak sebanding.

"Kita harus menyadari soal bagaimana pertumbuhan kendaraan listrik di dunia. Sekarang, Tiongkok (penjualan kendaraan listrik setahun) sudah 6 juta unit, Amerika Serikat 3 juta. Sementara Indonesia masih belasan ribu unit," ujar Toto di Indonesia Sustainibility Forum (ISF), Jakarta, Kamis (7/9).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) resmi menjual Hyundai Ioniq 6. Mobil listrik bergaya sedan itu masih diimpor utuh dari Korea Selatan.Penjualan mobil listrik di Indonesia masih jauh dari AS dan China. Foto: Andhika Prasetia

Menurut Toto, dengan sumber daya nikel yang berlimpah, pasar kendaraan listrik di Indonesia harusnya bisa lebih besar. Bahkan, kata dia, Indonesia bisa seperti Arab Saudi yang kaya raya berkat hasil buminya.

"Kita negara yang kaya nikel, jadi memungkinkan untuk itu. Kita tak hanya menyediakan baterai, tapi juga rantai global. Indonesia bisa kaya sebagaimana Arab Saudi kaya berkat minyak," ungkapnya.

ADVERTISEMENT
Wuling Motors Indonesia menyiapkan 150 unit Wuling Air ev untuk mendukung KTT ASEAN 2023. Kendaraan listrik ini jadi alat transportasi para delegasi.Mobil listrik Wuling Air ev produksi Cikarang dipakai KTT ASEAN. Foto: Agung Pambudhy

Lebih jauh, Toto mengingatkan, pengelolaan nikel harus dilakukan dengan cara-cara yang baik dan menjunjung tinggi nilai-nilai keberlanjutan. Ketika kebutuhan nikel makin besar, maka dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat.

"Ketika mengelola nikel, semuanya harus dilakukan dengan cara-cara yang baik. Semuanya harus mengikuti standar, kemudian soal limbah (baterai) juga. Jadi ketika semua standarnya dijalankan dengan benar, maka (mobil listrik) bisa sepenuhnya hijau," tuturnya.

Diketahui, untuk meningkatkan penjualan kendaraan listrik di Indonesia, pemerintah pusat telah melakukan berbagai cara, termasuk pemberian insentif. Mobil listrik dengan kandungan lokal minimal 40 persen mendapat diskon pajak 10 persen, sementara motor listrik disubsidi Rp 7 juta.




(sfn/dry)

Hide Ads