Biar Kendaraan Listrik Benar-benar Bersih: Batu Bara Diganti Energi Surya

Biar Kendaraan Listrik Benar-benar Bersih: Batu Bara Diganti Energi Surya

Septian Farhan Nurhuda - detikOto
Selasa, 22 Agu 2023 18:08 WIB
Mobil listrik batu bara.
Kendaraan listrik belum sepenuhnya ramah lingkungan. Foto: Wall Street
Jakarta -

Sebagian pihak berpendapat, mobil listrik bisa menuntaskan masalah polusi udara di Indonesia. Meski tak sepenuhnya salah, namun kendaraan tersebut kini belum sepenuhnya bersih. Sebab, pembangkit listriknya masih menggunakan batu bara.

Dalam catatan PT PLN (Persero), kapasitas pembangkit listrik yang terpasang hingga 2030 mencapai 99,2 Giga Watt atau GW. Sementara hampir separuhnya atau 45 persen didominasi batu baru dan sisanya terbagi antara gas (26 persen), air (15 persen), panas bumi (6 persen) dan lainnya.

Penggunaan energi surya sebagai pembangkit listrik masih berada di kisaran 5 persen. Padahal, menurut Agus Purwadi selaku pengamat otomotif dan pakar kelistrikan di Institut Teknologi Bandung (ITB), penggunaan energi surya seharusnya menjadi prioritas di tengah gempuran mobil-motor listrik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PT Blue Bird Tbk (BIRD) memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Kantor Pusat Bluebird, Jakarta Selatan. Sistem panel surya pintar tersebut memiliki daya sebesar 215,6 kilowatt peak (kWp) yang diproyeksikan dapat mereduksi lebih dari 2.000 ton emisi karbon per tahun, Selasa (13/6/2023).Pembangkit listrik tenaga surya. Foto: Anisa Indraini

ADVERTISEMENT

Agus menjelaskan, sumber energi pembangkit listrik yang saat ini paling ideal diterapkan di Indonesia adalah solar photovoltaic system atau solar PV. Menurutnya, penggunakan solar PV harus dilakukan segera sebelum harganya semakin mahal.

"Pakai solar PV, itu yang saat ini paling ideal (untuk diterapkan) di Indonesia. Penggunaan solar PV (sebagai sumber energi pembangkit listrik) di Indonesia harus segera dilakukan. Sebab kalau ditunda, ongkosnya pasti lebih mahal lagi," ujar Agus kepada detikOto, belum lama ini.

Menurut Agus, sejumlah negara berkembang di Asia mulai beralih dari batu bara ke solar PV. Itulah mengapa, sebagai salah satu pemain utama kendaraan listrik di Benua Kuning, Indonesia harus mengadopsi sumber energi yang sama.

"Kalau kita lihat di sejumlah studi, memang sudah harus go to PV. Jadi PV mau tak mau Indonesia harus ke sana. Bahkan di India kan PV sudah jauh lebih murah," ungkapnya.

Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Shell Recharge hadir di Mal Pacific Place Jakarta. Hadirnya SPKLU ini merespons bertambahnya pengguna mobil listrik.Mobil listrik lagi dicas. Foto: Andhika Prasetia

Diketahui, Solar PV sendiri merupakan teknologi yang mampu mengubah energi yang dihasilkan sinar matahari menjadi energi listrik secara langsung.

Berdasarkan data Dirjen EBTKE tahun 2019, Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 207.898 MW dan pemanfaatannya baru mencapai 0,05 persen. Pada 2025 mendatang, pemerintah menargetkan pembangunan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) sebesar 6,5 GW.

"Tapi masalahnya pemerintah kan agak dilematis, jadi harus shut down batu bara dan itu ongkosnya kan besar," kata dia.




(sfn/sfn)

Hide Ads