"Kementerian Industri sudah menargetkan produksi mobil untuk diekspor sebanyak 250 ribu unit di tahun 2020. Menurut saya itu targetnya terlalu kecil," kata Sri, saat menjadi salah satu pembicara di seminar internasional GIIAS 2019 bertajuk 'Indonesia Automotive Industry Readiness Towards Industry 4.0', di ICE, BSD, Tangerang.
Baca juga: Mobil Idaman Sri Mulyani |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menjawab tantangan tersebut, kata Sri, Pemerintah RI berkeinginan untuk membangun industri otomotif yang sesuai dengan selera pasar global, dan di sisi lain juga bisa kompetitif di dalam negeri.
![]() |
"Maka ada berbagai variabel yang kita juga formulasikan. Pertama mengenai emisi, pasti akan semakin ketat. Ini aba-aba, berarti produksi mobil yang CO2-nya masih tinggi harus mulai takes out, dan mulai masuklah yang more cleaner car di Indonesia," terang Sri.
"Oleh karena itu ini jadi suatu momentum untuk membangun kendaraan listrik, baik itu hybrid, plug in, battery electric ataupun fuel cell," lanjutnya.
Pemerintah sendiri dikatakan Sri sedang bersiap meneken dua peraturan penting terkait kebijakan industri otomotif. Pertama adalah RPP PPnBM dan Perpres Mobil Listrik.
"Minggu ini bapak Presiden akan menandatangani dan akan meluncurkan dua policy industri otomotif yang sangat penting," pungkasnya.
(lua/lth)
Komentar Terbanyak
Heboh Polantas Tanya 'SIM Jakarta', Begini Cerita di Baliknya
Tampang Mobil Baru Toyota yang Harganya Cuma Rp 130 Jutaan
Tren Banting Harga Mobil China Diklaim Tak Efektif untuk Jangka Panjang