Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, buka suara soal kendaraan listrik yang dayanya masih bersumber dari PLTU batu bara. Menurut Luhut, ekosistem kendaraan listrik di Indonesia tengah dibangun. Sehingga, segalanya harus dilakukan bertahap.
Luhut menegaskan, proses peralihan mobil listrik harus dilakukan dengan seimbang, artinya mempertimbangkan banyak hal. Kini pembangkit listriknya masih menggunakan batu baru, namun di kemudian hari pasti mengadopsi energi lain yang lebih bersih.
"Semuanya mix ya, nggak mungkin sekaligus, jadi bertahap. Kita harus membuat keseimbangan. Intinya, best load-nya jangan diganggu," ujar Luhut Binsar Pandjaitan saat hadir di Seminar Nasional IKAXA 2023, Senayan, Jakarta Pusat, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang kita karbon emisinya 2,3 ton per kapita. Amerika sudah 15 ton, best line-nya itu 4,5 ton. Jadi kita punya ruang untuk masuk. Makanya harus paham tuh," tambahnya.
![]() |
Dalam catatan PT PLN (Persero), kapasitas pembangkit listrik yang terpasang hingga 2030 mencapai 99,2 Giga Watt (GW). Sementara hampir separuhnya atau 45 persen didominasi batu baru dan sisanya terbagi antara gas (26 persen), air (15 persen), panas bumi (6 persen) dan lainnya.
Penggunaan energi surya sebagai pembangkit listrik masih berada di kisaran 5 persen. Padahal, menurut Agus Purwadi selaku pengamat otomotif dan pakar kelistrikan di Institut Teknologi Bandung (ITB), penggunaan energi surya seharusnya menjadi prioritas di tengah gempuran mobil-motor listrik.
Kepada detikOto, Agus menjelaskan, sumber energi pembangkit listrik yang saat ini paling ideal diterapkan di Indonesia adalah solar photovoltaic system atau solar PV. Menurutnya, penggunaan solar PV harus dilakukan segera sebelum harganya semakin mahal.
"Pakai solar PV, itu yang saat ini paling ideal (untuk diterapkan) di Indonesia. Penggunaan solar PV (sebagai sumber energi pembangkit listrik) di Indonesia harus segera dilakukan. Sebab kalau ditunda, ongkosnya pasti lebih mahal lagi," terang Agus.
![]() |
Menurut Agus, sejumlah negara berkembang di Asia mulai beralih dari batu bara ke solar PV. Itulah mengapa, sebagai salah satu pemain utama kendaraan listrik di Benua Kuning, Indonesia harus mengadopsi sumber energi yang sama.
"Kalau kita lihat di sejumlah studi, memang sudah harus go to PV. Jadi PV mau tak mau Indonesia harus ke sana. Bahkan di India kan PV sudah jauh lebih murah," kata Agus.
(sfn/rgr)
Komentar Terbanyak
Heboh Polantas Tanya 'SIM Jakarta', Begini Cerita di Baliknya
Sertifikat Kursus Nyetir Jadi Syarat Bikin SIM, Gimana kalau Belajar Sendiri?
Difatwa Haram, Truk Pembawa Sound Horeg Masuk Kategori ODOL?