Gran Max Kecelakaan di KM 58 Diduga Ngebut, Kecepatan di Atas 100 km/jam

Gran Max Kecelakaan di KM 58 Diduga Ngebut, Kecepatan di Atas 100 km/jam

Dina Rayanti - detikOto
Rabu, 10 Apr 2024 14:28 WIB
Kondisi bus yang terlibat kecelakaan di tol Japek
Kecelakaan di KM 58 Tol Cikampek saat contraflow. Foto: Irvan Maulana/detikJabar
Jakarta -

Kecelakaan yang melibatkan Gran Max, Bus Primajasa, dan Terios masih dalam analisa pihak kepolisian. Diduga pengemudi Gran Max dengan kecepatan di atas 100 km/jam.

Kecelakaan maut yang melibatkan Gran Max, Bus Primajasa, dan Terios di Tol Cikampek KM 58 menjadi sorotan publik. Kecelakaan itu dipicu Gran Max yang tengah berada di jalur contraflow hendak menepi ke bahu jalan di lajur berlawanan. Di saat bersamaan, Bus Primajasa yang melintas tak lagi bisa menghindar. Kemudian Terios juga turut menghantam bus sekaligus Gran Max hingga ikut terbakar.

Kecelakaan itu masih dalam penyelidikan pihak kepolisian. Namun diduga, Gran Max itu dikemudikan dengan kecepatan lebih dari 100 km/jam. Jumlah penumpang di dalam mobil pun disebut melebihi kapasitasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hasil olah TKP di lapangan ini diduga kecepatan dari GranMax itu melebihi 100 (km/jam), diduga ya, itu hasil teknologi kita diduga," terang Kakorlantas Polri Irjen Pol Aan Suhanan dikutip detikNews.

Aan menambahkan, tidak ditemukan juga jejak pengereman di TKP. Meski begitu, Aan menegaskan saat ini pihaknya masih menunggu hasil dari traffic accident analysis (TAA). Dari analisa itu barulah bisa diketahui penyebab dari kecelakaan.

ADVERTISEMENT

"Di sana (TKP), tidak ada jejak rem GranMax, itu tidak ada jejak rem. Artinya, dia dengan kecepatan segitu, dia oleng ke kanan ya, artinya tidak ada upaya untuk mengerem. Jadi dari jejak itu kita bisa lihat," terang Aan.

Pelajaran dari Kecelakaan di KM 58

Adapun dari peristiwa tersebut, ada pelajaran yang bisa dipetik soal berkendara di jalur contraflow. Contraflow umumnya lebih lancar dan laju kendaraan lebih konstan. Hal ini bisa memicu highway hypnosis lantaran terus menerus melakukan kondisi monoton, imbasnya pengemudi bisa melakukan kesalahan.

"Ya bisa (highway hypnosis) untuk itu idealnya hanya 25 kilometer (maksimal contraflow), atau sekalian rekayasa one way," ungkap Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana.

Highway hypnosis diketahui sebagai kondisi yang terjadi ketika kesadaran pengemudi menurun akibat perjalanan yang monoton. Umumnya terjadi ketika berada di jalan tol yang cenderung panjang dan lurus. Walhasil tingkat kewaspadaan menurun.

Situasi membahayakan lain, yakni jika kendaraan mengalami masalah. Potensi buruk terjadi adu banteng makin meningkat.

"Jika selip atau pecah (ban) bisa belepetan ke jalur yang berlawanan. Jika kendaraan rusak, nggak ada space untuk berhenti akibatnya macet panjang," tambahnya lagi.




(dry/din)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads