Pelajaran dari Kecelakaan yang Bikin Lamborghini Ringsek di Tol Kunciran

Pelajaran dari Kecelakaan yang Bikin Lamborghini Ringsek di Tol Kunciran

Ridwan Arifin - detikOto
Senin, 18 Agu 2025 15:24 WIB
Penampakan Lamborghini remuk usai menabrak pembatas jalan di Tol Kunciran, Tangerang.
Foto: Penampakan Lamborghini remuk usai menabrak pembatas jalan di Tol Kunciran, Tangerang. (dok. Istimewa)
Jakarta -

Lamborghini mengalami kecelakaan di Km 15+200 Tol Kunciran arah Serpong, Tangerang, Minggu (17/8) pukul 10.00 WIB. Pengemudi diduga hilang kendali hingga menabrak pembatas jalan.

Dikutip dari detikNews, Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Ojo Ruslani menjelaskan kecelakaan bermula saat Lamborghini berkelir putih yang dikemudikan pria inisial ES (37) melaju dari arah Benda menuju Serpong.

"Sesampainya di Jalan Tol Jakarta Kunciran tepatnya Km 15+200 arah Serpong, pada saat melaju di lajur paling kanan hilang kendali," ujar AKBP Ojo Ruslani, dalam keterangannya, Senin (18/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lamborghini kemudian terpelanting ke kiri dan menabrak guardrail di kiri jalan. Setelah itu pengemudi banting setir ke kanan dan menabrak pembatas di kanan jalan.

ADVERTISEMENT

"Maka terjadilah kecelakaan lalu lintas yang berakibat kendaraan Lamborghini tersebut mengalami rusak," imbuhnya.

Ojo Ruslani mengatakan tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut, tapi mobil Lamborghini yang terlibat kecelakaan hancur akibat kejadian itu.

"Tidak ada, pengemudinya selamat. Hanya kerugian materi saja," imbuhnya.

Polisi menyebutkan kecelakaan itu terjadi saat Lamborghini berkelir putih itu konvoi dengan supercar lainnya. Dari video yang beredar di media sosial, tercatat setidaknya ada 6 supercar yang berjalan beriringan.

"Yang jelas dia sedang mengemudikan kendaraan di jalan secara berkelompok, mungkin ada acara," lanjut Ojo.

Mengemudikan supercar sekelas Lamborghini memang berbeda dengan mobil biasa. Senior instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, beberapa waktu lalu mengatakan, ketika mengemudi mobil berkecepatan tinggi pengemudi akan mudah tergoda untuk berpacu, bahkan secara tidak sadar sudah dalam kecepatan tinggi.

"Mengemudi sportcar lebih susah utamanya menjaga mental atau adrenalin supaya tidak mudah terpancing. Suara mesin, knalpot, posisi duduk yang steady dan lain-lain," ungkap Sony kepada detikOto beberapa waktu lalu.

"Sportcar dirancang dengan tingkat kestabilan yang tinggi, saat Anda melaju dengan kecepatan 150 km/jam mobil ini terasa sangat stabil, sehingga seakan-akan Anda sedang mengendarai mobil biasa di kecepatan 80 km/jam," tambahnya.

Dia bilang, mengendarai sebuah mobil berkecepatan tinggi yang punya tenaga lebih dari 500 daya kuda dibutuhkan keahlian dalam mengendarainya. Sehingga, mengendarai supercar yang buas memerlukan tanggung jawab dari pengemudinya.

"Salah dalam mengambil keputusan akan berakibat kecelakaan, bijaksanalah dalam menentukan kecepatan kendaraan," imbau Sony.

Karakter supercar

Instruktur Keselamatan Berkendara Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan godaan memacu supercar memang tinggi dan biasa terjadi. Hal itu justru yang harus diwaspadai oleh pengemudinya.

"Karakter supercar itu berbeda dengan kendaraan lain, dan nuansa membawa supercar itu berbeda dari melihat, mendengar itu degup jantung luar biasa." kata Jusri saat dihubungi detikcom, beberapa waktu lalu.

"Ada faktor psikis, baunya, dentuman suara knalpot ini akan memunculkan hormon endorfin, begitu kita di dalam sensasi yang namanya adrenalin naik. Ketika endorfin dibarengi adrenalin, maka logika sudah tidak main." jelasnya.

Jusri mengatakan bekal dasar yang harus dimiliki pengemudi supercar ada tiga hal yakni mengetahui semburan tenaga, pengereman, dan performa handling.

"Dari nama saja supercar kita sudah mengidentikan dengan power yang buas. Kalau power buas ini akan agresif dan sensitif lalai dalam pengoperasiannya."

"Mobil-mobil ini handling-nya beda dengan mobil biasa, input kita sedikit, outputnya besar. Tapi konyol, mobil-mobil ini tidak selincah mobil-mobil biasa saat kita u-turn, steering input sedikit saja butuh beberapa kali putaran. Artinya kita tidak bisa fleksibel."




(riar/dry)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads