Pelajaran Penting dari Kecelakaan Toyota Vellfire Tabrak Belakang Truk di Slipi

Pelajaran Penting dari Kecelakaan Toyota Vellfire Tabrak Belakang Truk di Slipi

Tim detikcom - detikOto
Minggu, 03 Des 2023 09:15 WIB
Mobil Vellfire mengalami kecelakaan di Km 10.800 Tol Slipi
Foto: Mobil Vellfire mengalami kecelakaan di Km 10.800 Tol Slipi (dok. Istimewa)
Jakarta -

Sebuah mobil Toyota Vellfire menabrak bagian belakang truk di km 10+800 tol Slipi arah timur pada Jumat (1/12) sekitar pukul 02.30 WIB. Akibat kecelakaan tersebut, mobil MPV mewah itu rusak berat dan pengemudinya meninggal dunia. Ini pelajaran pentingnya.

Kasat Patroli Jalan Raya (PJR) Ditlantas Polda Metro Jaya, AKBP Sutikno menjelaskan, peristiwa kecelakaan itu terjadi karena faktor blind spot atau titik buta. Jadi pengemudi Vellfire tidak mengetahui keberadaan truk yang sedang melaju di jalur lambat itu.

"Toyota Vellfire dengan nopol BG-1408-EH melaju dari Slipi arah timur. Setiba di Km 10+800, pengemudi mengalami blind spot di lajur 1," ungkap Sutikno dalam keterangan tertulisnya, kepada wartawan, Sabtu (2/12/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kecelakaan menabrak belakang truk menjadi salah satu jenis kecelakaan yang sering terjadi di jalan tol. Sebelumnya pada November 2023, juga terjadi kecelakaan menabrak belakang truk yang menimpa sebuah mobil Elf di tol Cipularang.

Mengutip penjelasan Auto2000, ada beberapa tips yang bisa dilakukan demi menghindari risiko menabrak belakang truk. Pertama, kita harus paham 'kekurangan' truk perihal dimensi dan bobotnya yang besar. Truk bergerak lambat sehingga butuh waktu untuk akselerasi dan pengereman, termasuk membutuhkan ruang yang luas saat manuver dan memiliki blind spot yang luas.

ADVERTISEMENT

Kedua, hindari mengemudi secara agresif. Misalnya, pindah lajur tiba-tiba karena tidak sabar menunggu mobil di depan kembali ke lajur kiri. Masalahnya, di sebelah kiri sering terdapat truk yang melaju perlahan. Dengan perbedaan kecepatan yang tinggi, tanpa disadari mobil tiba-tiba sudah dekat dengan bak truk. Risikonya sangat besar jika kita gagal mengantisipasinya.

Selanjutnya yang ketiga, patuhi batas kecepatan di jalan tol. Jalan tol antar kota memiliki batas kecepatan minimal 60 km/jam dan maksimal 100 km/jam. Di beberapa lokasi, seperti daerah rawan kecelakaan atau jalan pegunungan, kecepatan maksimal turun menjadi 80 km/jam. Mobil yang terlalu cepat akan sulit dikendalikan dan berbahaya jika di depan ada truk yang berjalan lambat.

Selain mematuhi batas kecepatan aman, kita juga harus menjaga jarak aman dengan kendaraan di depan. Kita harus mampu melihat potensi masalah dari truk di depan dan melakukan manuver menghindar saat dibutuhkan. Seperti ketika ada truk yang tidak kuat menanjak. Termasuk memiliki ruang yang cukup untuk melakukan pengereman jika diharuskan mengurangi kecepatan.

Kemudian, pengemudi juga harus paham dan sadar bahwa tidak semua truk di jalan tol memiliki perangkat safety. Kadang ditemui truk yang lampu belakangnya redup, bahkan mati. Ada juga yang tidak menggunakan stiker pemantul cahaya. Truk dengan kekurangan semacam ini bisa menjadi titik buta bagi pengendara di belakangnya.

Terakhir yang juga penting adalah, segera beristirahat jika mengalami lelah. Sebab rasa lelah yang dipaksakan, bisa mengurangi konsentrasi mengemudi di jalan tol. Jika hilang konsentrasi sedikit saja, dampaknya bisa sangat fatal.

"Jadi kalau ada tanda-tanda fatigue atau letih atau ngantuk, itu segera cari tempat istirahat. Atau, tunda perjalanan kalau belum memulai perjalanan. Menunda atau mengganti moda transportasi, atau kalau ada suruh orang lain yang bawa. Intinya dia tidak boleh mengemudi saat dia letih," ujar Praktisi keselamatan berkendara dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu.

Pengemudi sebaiknya menyadari kondisi tubuh yang sudah lelah dan tidak memaksa mengemudi. Ada baiknya menepi sejenak untuk beristirahat 20-30 menit. Saat istirahat itu, pengemudi bisa melakukan power nap sebelum melanjutkan perjalanan.




(lua/riar)

Hide Ads