Nissan X-Trail tertemper kereta di wilayah Kembangan, Jakarta Barat, usai menabrak pria pengatur lalu lintas. Begini pelajaran yang bisa diambil dari insiden itu.
Kecelakaan di perlintasan kereta api terulang lagi. Kali ini kejadian itu melibatkan Nissan X-Trail yang tertemper kereta di persimpangan daerah Basmol, Kembangan, Jakarta Barat. Kanit Gakkum Polres Metro Jakarta Barat AKP Agus Suwito menjelaskan sebelum tertemper kereta, rupanya Nissan X-Trail tersebut menabrak seseorang yang tengah mengatur lalu lintas di pelintasan.
"Sesampai di persimpangan kereta api daerah Basmol, menabrak pejalan kaki inisial U yang sedang mengatur lalu lintas di perlintasan," kata Agus Suwito saat dikutip detikNews.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah menabrak U, mobil tersebut berhenti di atas rel. Tak lama datang KRL rute Tangerang-Duri dan menabrak bagian samping mobil.
"Kendaraan Nissan berhenti dengan posisi bodi belakang masih di atas rel. Kemudian datang dari arah barat kereta commuter line rute Tangerang-Duri dan langsung menabrak bodi samping kanan belakang kendaraan Nissan tersebut," ujarnya.
Akibat kecelakaan itu dua orang terluka. Nissan X-Trail yang tertemper kereta juga rusak parah. Setidaknya ada pelajaran yang bisa dipetik dari kecelakaan tersebut. Sejatinya pengendara tidak perlu memaksakan diri untuk melintas di perlintasan.
VP Public Relations KAI Joni Martinus pernah menjelaskan bahwa ketika melintas di perlintasan kereta, pengendara harus ekstra waspada. Bila sekiranya aman barulah melintas.
"Palang pintu, sirine dan penjaga perlintasan adalah alat bantu keamanan semata. Alat utama keselamatannya ada di rambu-rambu lalu lintas bertanda 'STOP' tersebut. Jadi apabila masyarakat ketika di perlintasan sudah melihat adanya kereta api walaupun masih jauh, maka seharusnya berhenti terlebih dahulu hingga kereta api tersebut lewat," tutur Joni belum lama ini.
Joni menambahkan rem pada rangkaian kereta api bekerja dengan tekanan udara. Sistem kinerja rem pada roda dihubungkan ke piston dan susunan silinder. Mekanisme yang mengurangi tekanan udara di kereta api akan memaksa rem mengunci dengan roda.
Jika tekanan dilepaskan secara tiba-tiba, maka akan menyebabkan pengereman yang tidak seragam, sehingga rem bekerja lebih dulu dari titik keluarnya udara. Pengereman yang tidak seragam dapat menyebabkan kereta atau gerbong tergelincir, terseret, bahkan terguling.
Praktisi keselamatan berkendara dari Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, menegaskan kereta memiliki jarak berhenti yang cukup panjang dan tak bisa berhenti secara mendadak. Maka dari itu, kereta diprioritaskan untuk melintas.
Agar tidak terjadi kecelakaan, pengendara harus mengurangi kecepatan dan bersiap berhenti 2-3 meter sebelum rel. Buka kaca jendela kira-kira 10 cm, dan matikan audio.
"Jangan anggap remeh dengan alasan buru-buru atau kereta masih jauh. Karena kecepatan kereta melintas konstan 40-60 km/jam dengan bobot ratusan ton. Sehingga kalau tertabrak pasti fatal," ungkap Sony.
(dry/rgr)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP