Jadi pilihan melakukan modifikasi untuk bisa mendukung perjalanan sangat dibutuhkan. Nah langkah ini yang diambil Eelco sekeluarga, yang saat ini tengah berkeliling dnia dengan mobil Mitsubishi Pajero Sport. Mereka memberikan nama yang unik untuk tunggangannya itu yakni Cappuccino. Eh, tapi kenapa namanya Cappuccino ya?
"Kami memanggilnya Cappuccino, karena warna putihnya selalu berubah menjadi kecoklatan meskipun setelah 1 hari dicuci, akibat terkena siraman jalanan yg kami lalui. Cappuccino sangat bisa diandalkan, kuat, tangguh dan nyaman saat melewati banyak jalanan yang kurang mulus," ujar Eelco Koudijs.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Modifikasi
Untuk mendukung perjalanan keliling dunia, Mitsubishi Pajero Sport ini pun disulap alias dimodifikasi agar lebih tangguh di jalanan. Eelco menjelaskan kecilnya ruang yang tersedia di mobil membuat mereka benar-benar mesti memaksimalkan ruang sekecil apapun, untuk bisa meletakkan sejumlah barang yang kami bawa selama perjalanan. Mulai dari baju, jaket-jaket musim dingin, buku-buku, perlengkapan berkegiatan (snorkeling, bola, dll), mainan anak-anak, perlengkapan dapur, dan lain-lain.
"Kami membuat sejumlah storage yang dibuat berdasarkan hasil diskusi dan perdebatan panjang kami selama dalam masa perencanaan. Storage kami bagi menjadi 3 bagian. Storage utama adalah barang-barang yang mudah untuk diambil (buku pelajaran anak-anak, baju ganti sehari-hari) tanpa mobil mesti berhenti. Ini kami letakkan di bagian kaki kursi row kedua. Sehingga anak-anak bisa mengambilnya kapan saja," katanya.
"Storage kedua adalah perlengkapan masak, perlengkapan makan, baju cadangan (jika baju sehari-hari sudah menipis karena kotor dan belum di laundry), perlengkapan repair mobil, makanan, ini kami letakkan dalam laci-laci yang sudah dirancang khusus untuk itu. Laci kami buat dengan system otomatis locked (terkunci) saat ditutup, sehingga saat perjalanan, laci tidak bisa terbuka akibat posisi mobil yang sedang naik/turun. Di dalam laci bisa diletakkan kompor, magic jar kecil, bahan masakan, perlengkapan masak. Saat laci dibuka, kami siap untuk langsung masak," tambahnya.
Meski tampilan luarnya terlihat seperti mobil biasanya, mobil juga ada dapurnya. Mereka sengaja memasang dapur karena ingin bisa masak di manapun mereka berada.
"Sementara dengan menyinggahi berbagai negara, maka kompor yang digunakan mesti bisa memakai bahan bakar yang tersedia di negara tersebut. Tidak semua negara mudah untuk mendapatkan gas. Yang paling praktis memang menggunakan multi fuel stove. Tapi multi fuel stove yang tersedia di Indonesia saat ini hanya yang jenis sangat kecil untuk camping. Sangat tidak nyaman untuk memasak sehari-hari dengan menggunakan pan yang relatif besar," ujarnya.
Akhirnya keputusan pun diambil untuk bisa menyelipkan kompor listrik. "Keputusan kami akhirnya memilih kompor listrik yang membutuhkan watt rendah. Setelah mencari-cari, akhirnya kami bisa menemukannya. Pilihan ini paling sesuai bagi kami, karena bentuk kompor listrik yang flat dan tipis, sehingga mudah dimasukkan ke dalam laci. Untuk meletakkan panic/pan sangat stabil dan nyaman untuk memasak. Dengan adanya kompor listrik ditambah lagi dengan magic jar dan kulkas kecil, maka mobil mesti bisa mensuplai kebutuhan tersebut. Pilihan awal, kami menggunakan aki kering yang bisa di isi saat mobil bergerak. Namun setelah melihat sempitnya ruang yang tersisa di dalam kap mesin, maka pilihan ini tidak bisa dilakukan," ujarnya.
"Maka alternatif berikutnya yang bagus adalah menggunakan solar panel. Dengan konsultasi dan bantuan teman kami Indrawan, pemasangan solar panel di mobil kami bisa terealisasi di last minute, 1 hari sebelum mobil dikirim dengan kapal ke Pontianak. Perlengkapan masak lainnya relatif simple. Kami membawa pan, panci, pengukus, bumbu-bumbu, perlengkapan masak lainnya. Semua ditata di dalam laci dengan aman. Kapanpun kami ingin makan masakan sendiri, bisa langsung buka "kitchen" kami," tambahnya.
Dijelaskan menyelipkan solar panel bukan perkara mudah. Karena sistem listrik yang baik harus benar-benar diperhatikan.
"Ini berdasarkan kebutuhan pemakaian kompor listrik yang menyala terus selama minimal 30 menit. Listrik untuk penanak nasi, listrik untuk lampu di living room dan lampu di "open kitchen" kami. Sebenarnya menurut teman kami Indrawan, kami membutuhkan 2 solar panel dan 2 aki kering. Namun setelah kami menghitung luasan tempat yang tersedia di rack besi atap mobil kami, tidak ada tempat untuk meletakkan 2 solar panel, terlebih untuk meletakkan 2 aki kering, beban di atap mobil kami terlalu berat. Karena di atap mobil kami sudah ada rooftop tent dan peti storage serta nantinya ditambah jerigen bahan bakar dan air bersih," ujarnya.
"Dengan terpaksa, kami akhirnya hanya bisa memasang 1 solar panel ditambah dengan 1 aki kering di atap mobil. Paling tidak untuk sementara kami mesti berhemat dengan pemakaian listrik saat mobil berhenti bergerak," tambahnya.
Tidak kalah mencengangkan, perjalanan keluarga Eelco kali ini juga ikut menyediakan kamar mandi, untuk bilas dan bersih-bersih.
"Ini bagian paling sensitif yang membuat kami beberapa kali perang dingin saat menentukan pemilihan mobil. Bagi Iyel, hal yang penting mesti ada di dalam mobil adalah dapur, tempat anak-anak belajar dan toilet atau shower. Karena saat waktunya untuk ke belakang, kadang kita tidak bisa menentukan atau mengatur waktunya. Juga ketidaknyaman menggunakan toilet umum terutama di negara-negara yang belum maju. Namun, setelah berbagai pilihan mobil yang lebih nyaman ternyata tidak bisa diambil, maka mau tidak mau Iyel bersedia menyesuaikan impian dengan kenyataan," katanya.
"Pilihan yang masih masuk akal adalah dengan menyiapkan tenda untuk shower toilet, pompa untuk shower dan menyiapkan closet portable. Paling tidak, saat di Afrika dan tidur di lokasi yang antah berantah, anak-anak tetap bisa mandi ataupun ke toilet dengan sedikit lebih nyaman," tambahnya. (lth/ddn)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!