BYD Atto 1 Bakal Gerogoti Mobil LCGC? Belum Tentu!

BYD Atto 1 Bakal Gerogoti Mobil LCGC? Belum Tentu!

Luthfi Anshori - detikOto
Sabtu, 02 Agu 2025 11:17 WIB
BYD Atto 1 resmi diluncurkan di GIIAS 2025 dengan harga mulai Rp195 juta. Mobil listrik murah ini langsung bikin pasar mobil bekas ketar-ketir.
BYD Atto 1. Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom
Jakarta -

Mobil listrik BYD Atto 1 bikin heboh dengan banderol murah mulai di bawah Rp 200 jutaan. Harga tersebut beririsan dengan segmen mobil LCGC (low cost green car) besutan pabrikan-pabrikan Jepang yang bermain di harga Rp 140 jutaan hingga Rp 200 jutaan. Lantas, apakah BYD Atto 1 bakal mengikis pasar mobil LCGC seperti Toyota Calya-Agya atau Daihatsu Sigra-Ayla?

Marketing Planning General Manager PT Toyota Astra-Motor (TAM) Resha Kusuma Atmaja mengatakan, pihaknya sejauh ini masih menunggu dampak mobil listrik murah asal China itu di segmen mobil LCGC.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

All New Agya GR SportToyota Agya Foto: dok. Toyota-Astra Motor

"Kita sekarang masih melihat, mungkin di enam bulan ke depan," ujar Resha ditemui di pameran GIIAS 2025, ICE-BSD City, Tangerang (31/7/2025).

ADVERTISEMENT

Resha menjelaskan, jika mobil listrik murah asal negeri China mau menggeser tahta mobil LCGC, maka yang menjadi pertanyaan adalah, bisa tidak mobil listrik murah seperti BYD Atto 1 mendorong pengguna roda dua (sepeda motor) pindah ke roda empat (mobil)? Sebab tujuan awal dibuatnya mobil LCGC adalah untuk mendorong shifting dari pengguna motor ke mobil. Jadi, jika BYD Atto 1 ingin menggeser mobil LCGC, maka dia harus bisa menaikkan market mobil.

"Kalau dia (mobil listrik murah) tidak menaikkan market, nggak bisa disamakan (dengan LCGC) menurut saya, karena konsepnya beda," sambung Resha.

Daihatsu segarkan tampilan Sigra R DeluxeDaihatsu Sigra Foto: Luthfi Anshori/detikOto

Faktor selanjutnya terkait penyebaran pasar mobil listrik baterai (BEV) yang saat ini masih terkonsentrasi di kota besar seperti Jakarta. "Karena di sini (Jakarta) ada kebijakan yang cukup eksklusif, pertama ada ganjil-genap, kedua terkait (insentif) pajak. Jadi saya melihat masih ada perbedaan needs, khususnya di wilayah sentral yang tak mendapat dua kebijakan eksklusif tersebut," terang Resha.

"Nanti kita bisa lihat tiga bulan ke depan, siapa customernya, first buyer, replacement atau additional? Kalau memang ujug-nya additional (mobil kedua), mungkin itu dibilang berbeda dengan LCGC," tukas Resha.




(lua/dry)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads