Ojol Mau 'Serbu' Istana Merdeka Nanti Siang, Ini Komentar Gojek-Grab

Ojol Mau 'Serbu' Istana Merdeka Nanti Siang, Ini Komentar Gojek-Grab

Tim detikcom - detikOto
Kamis, 29 Agu 2024 08:18 WIB
demo ojol di jember
Demo ojol. (Foto: Yakub Mulyono)
Jakarta -

Gabungan ojek online (ojol) dan kurir se-Jabodetabek akan menggelar demo di Istana Merdeka nanti siang, Kamis (29/8). Mereka hendak menuntut dua hal: penurunan tarif aplikasi dan melegalkan profesi dalam undang-undang. Lantas, apa komentar Gojek dan Grab selaku aplikator?

Chief of Public Affairs Grab Indonesia Tirza Munusamy mengatakan, saat ini besaran tarif layanan pengantaran Grab telah dihitung secara saksama sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Permenkominfo No. 1/Per/M.Kominfo/01/2012 tentang Formula Tarif Layanan Pos Komersial serta dirancang untuk menjaga pendapatan Mitra Pengemudi, serta kestabilan permintaan pasar terhadap layanan Grab.

"Kami menjamin bahwa Grab Indonesia tidak pernah memotong pendapatan Mitra Pengemudi untuk dialokasikan sebagai diskon bagi konsumen," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (29/8).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gojek meresmikan logo barunya yang melambangkan kekuatan ekosistem Gojek sekaligus apresiasi kepada seluruh pengguna dan mitra Gojek. Peresmian ini dihadiri langsung oleh Founder dan CEO Gojek Nadiem Makarim.Gojek Foto: Rengga Sancaya

Selain itu, ia menekankan biaya promo yang diberikan aplikator kepada konsumen berasal dari pemasukan perusahaan.

"Seluruh biaya promosi yang Grab gunakan berasal dari perusahaan dan didesain untuk membantu meningkatkan permintaan dari konsumen, yang pada akhirnya diharapkan dapat memengaruhi pendapatan para Mitra Pengemudi secara positif," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Di lain kesempatan, Head of Corporate Affairs Gojek Indonesia Rosel Lavina bicara soal rencana ojol mematikan aplikasi serempak saat menyampaikan aspirasinya di Istana Merdeka. Dia mengaku sangat menyayangkan tindakan tersebut.

"Kami selalu terbuka terhadap aspirasi rekan-rekan mitra driver aktif Gojek dan senantiasa mengimbau agar disampaikan secara kondusif dan tertib. Di sisi lain, kami juga menyayangkan adanya upaya yang memberi kesan akan tidak beroperasinya beberapa layanan kami dikarenakan rencana aksi demonstrasi," kata dia.

Dia menegaskan, operasional Gojek tetap akan berjalan normal seperti biasa. Konsumen juga bisa menggunakan layanan aplikasi seperti hari-hari sebelumnya.

"Kami juga mengimbau kepada mitra driver agar tidak terprovokasi dan tetap beroperasi seperti biasa. Gojek akan menindak tegas oknum-oknum yang melakukan tindakan yang merugikan terhadap pelanggan maupun mitra kami," tuturnya.

Sejumlah massa Driver Ojek Online (Ojol) Grab melakukan demo di Grab Office Bandung Paskal Blok F 35-37, Jalan Pasir Kaliki, Cicendo, Kota Bandung.Sejumlah massa Driver Ojek Online (Ojol) Grab melakukan demo Foto: Anindyadevi Aurellia/detikJabar

Sebelumnya, kepastian ojol dan kurir se-Jabodetabek mau demo di Istana Merdeka disampaikan Ketua Umum Garda Indonesia, Igun Wicaksono. Menurutnya, ada sekira 500-1000 rombongan yang akan hadir di lokasi untuk menyampaikan aspirasinya.

"Pada hari Kamis dari beberapa kelompok rekan-rekan ojek online dan kurir lokal Jabodetabek akan lakukan aksi damai dengan tuntutan yang akan diutarakan baik kepada perusahaan aplikasi maupun kepada pihak pemerintah," ujar Igun melalui keterangannya, Rabu (28/8).

"Informasi dari rekan-rekan kami bahwa aksi akan diikuti sekitar 500-1000 pengemudi ojol dari berbagai komunitas di Jabodetabek, dengan rencana pelaksanaan jam 12.00 dengan rute aksi Istana Merdeka, kantor Gojek di sekitar wilayah Petojo, Jakarta Pusat dan kantor Grab di sekitar Cilandak, Jakarta Selatan," tambahnya.

Igun memastikan, demo akan berjalan secara damai. Aksi tersebut digelar untuk menyampaikan aspirasi ojol dan kurir yang merasa tertekan dengan kebijakan perusahaan dan pemerintah.

Massa menuntut adanya legal standing hukum yang jelas bagi para pengemudi ojol. Ini agar perusahaan tidak berbuat semena-mena terhadap ojol dan kurir selaku mitranya.

"Dengan belum adanya legal standing bagi para pengemudi ojol maka perusahaan aplikasi bisa berbuat sewenang-wenang tanpa ada solusi dari platform dan tanpa dapat diberikan sanksi tegas oleh Pemerintah, hal inilah yang membuat timbulnya berbagai gerakan aksi protes dari para mitra," kata dia.




(sfn/din)

Hide Ads