Mau Jadi Raja Industri Otomotif di Asia Tenggara, Indonesia Harus Lakukan Ini

Mau Jadi Raja Industri Otomotif di Asia Tenggara, Indonesia Harus Lakukan Ini

Luthfi Anshori - detikOto
Rabu, 29 Nov 2023 18:33 WIB
Sejumlah pengunjung memadati pameran GIIAS 2023 yang berlangsung di ICE, Kabupaten Tangerang, Kamis (10/8/2023). GIIAS 2023 digelar mulai 10 Agustus 2023 sampai dengan 20 Agustus 2023.
Industri otomotif Indonesia masih kalah dari Thailand. Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Indonesia masih kalah dari Thailand soal produksi mobil. Hal ini pun menjadi sorotan Toyota Indonesia. Menurut Toyota, kalau Indonesia mau mengalahkan Thailand dan jadi raja di Asia Tenggara, maka Indonesia harus memiliki regulasi yang unggul. Salah satunya adalah regulasi yang mengatur pajak mobil elektrifikasi.

Seperti disampaikan Vice President Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, saat ini mobil elektrifikasi sedang menjadi tren di kalangan konsumen otomotif dunia. Pemerintah sudah memberikan berbagai insentif untuk mobil listrik baterai (BEV), tapi sayangnya mobil elektrifikasi lain seperti Plug-in Hybrid dan Hybrid belum dapat insentif serupa.

"Pemerintah sedang menggodok aturan mengenai aturan BEV. Kita berharap nantinya bukan BEV saja, tapi juga elektrifikasi lain seperti model Plug-in Hybrid, Hybrid, juga bisa dilihat lagi oleh pemerintah," kata Bob ditemui di Jakarta, Selasa (28/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebab kalau kita ingin unggul di Asia, regulasi kita juga harus paling unggul juga. Sementara kita dibandingkan dengan Thailand ini masih di bawah, masih kurang kompetitif. Nah ini kita sudah kasih feedback terus ke pemerintah, supaya marketnya dapat berkembang dengan cepat. Kalau market berkembang kan investasi ngikut," sambung Bob.

Bob menambahkan, saat ini pemerintah menggunakan target net zero emission untuk memasyarakatkan mobil listrik full baterai. Pemerintah juga memberikan banyak insentif, sehingga banyak masyarakat yang tertarik membeli mobil listrik full baterai. Tapi menurut Bob, kebijakan itu harus diperluas lagi ke segmen mobil hybrid, supaya industri otomotif Indonesia punya keunggulan.

ADVERTISEMENT

"Kalau pakai (target) net zero emission, akan susah (boosting penjualan). Tapi kalau misalkan pakai (target) low emission, mestinya setiap pengurangan emisi itu harus dikasih insentif. Dalam hal ini kita berharap pemerintah memberikan insentif untuk semua teknologi elektrifikasi, supaya kita bisa menjadi leader di Asia Tenggara ini," lanjut Bob.

"Kita tahu Indonesia menjadi pusat pengembangan mobil-mobil middle-low, seperti Veloz, Avanza, kemudian ada Yaris. Itu kan kita ekspor juga, tidak hanya ke Asia Tenggara. Tapi juga ke Timur Tengah, Amerika Selatan, Meksiko. Jadi ini adalah salah satu industri unggulan Indonesia. Apalagi nanti kalau dia masuk ke elektrifikasi, ini akan menjadi basis industri kita yang sangat kuat. Kita kan juga punya nikel dan sebagainya," terangnya lagi.

"Itu harapan kita, maka itu market ini harus di-boosting. Kita kan masih ada pajak barang mewah, kemudian bea balik nama, ada pajak pertambahan nilai. Ini kan masih jadi beban ke konsumen. Misal mobil hybrid bea balik namanya masih 10 persen, sementara di Thailand itu tidak ada. Sehingga perkembangan domestik market kita menjadi lambat. Karena market lambat, ya investasinya juga akan lambat. Sekali perusahaan itu sudah investasi di suatu negara, ya akan susah lagi investasi di negara lain," tukasnya.




(lua/rgr)

Hide Ads