Ada Pilpres 2024, Bakal Pengaruh ke Industri Otomotif Indonesia?

Ada Pilpres 2024, Bakal Pengaruh ke Industri Otomotif Indonesia?

Luthfi Anshori - detikOto
Jumat, 27 Okt 2023 11:34 WIB
Pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto (tengah) dan Gibran Rakabuming Raka (tengah kanan) didampingi para ketua umum partai koalisi menyampaikan keterangan pers usai menyerahkan syarat pencalonan menjadi presiden dan wakil presiden di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Rabu (25/10/2023).
Tahun 2024 masuk tahun politik, bakal pengaruh ke industri otomotif? Foto: Pradita Utama
Tokyo -

Tahun 2024 Indonesia akan mengadakan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden. Biasanya pesta demokrasi lima tahunan itu akan memberi dampak ke stabilitas politik nasional. Lalu apakah juga bakal ada dampaknya ke industri otomotif?

Dijelaskan Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi, tahun politik tidak terlalu berpengaruh ke penjualan mobil secara nasional. Menurut Nangoi, Indonesia sudah lama menjalankan pesta demokrasi untuk memilih pemimpin negeri, sehingga hal itu sudah menjadi hal biasa.

"Indonesia bukan baru pertama kali ada pemilu. Dan kalau saya lihat tahun depan, kalaupun ada pemilu, tahun politik yang cukup berat. Tapi harusnya dari sisi politik dan juga keamanan, dan segala macam, itu menjadi proses yang biasa. Jadi kami akan meng-adjust-adjust sedikit waktunya, disesuaikan dengan tahun politik tersebut. Tapi kami sangat confidence, nggak ada masalah," kata ditemui di arena Japan Mobility Show (JMS) 2023, Tokyo Big Sight, Rabu (25/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alih-alih tahun politik, Nangoi justru mengkhawatirkan potensi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang saat ini sudah mendekati angka Rp 16 ribu per 1 USD.

"Ini berbahaya, karena bahan baku (pembuatan mobil) semuanya masih pakai dolar. Jadi kalau interest naik, dolarnya menguat, rupiah melemah, itu nanti akan berpengaruh terhadap cost (produksi) kendaraan itu sendiri. Kemudian bakal mempengaruhi juga yang namanya harga jual mobil, dan interest-nya itu akan lebih berbahaya. Jadi itu agak sedikit bikin khawatir," sambung Nangoi.

ADVERTISEMENT

Sejauh ini nilai tukar USD terhadap rupiah masih ada di kisaran Rp 15.920 per 1 USD. Tapi untuk saat ini hal itu belum terlalu berdampak ke industri otomotif roda empat.

"Mobil itu kan bukan kita bikin hari ini, terus besok kita jual. Kita sudah punya stok (komponen) cukup lama, bahan baku, besinya, dan segala macam," tambah Nangoi.

Meski begitu, jika nilai tukar USD terhadap rupiah terus menguat, maka itu akan dikhawatirkan bisa berdampak ke sektor otomotif.

"Kalau (nilai tukar dolar AS) menguat terus, maka dalam jangka panjang kami harus melakukan adjusment (penyesuaian harga mobil baru). Tapi kembali lagi, masalah adjusment harga itu adalah kebijakan masing-masing APM (Agen Pemegang Merek)," tukas Nangoi.




(lua/rgr)

Hide Ads