Dolar AS Nyaris Rp 16 Ribu, Bisa Bahaya Buat Industri Otomotif

Dolar AS Nyaris Rp 16 Ribu, Bisa Bahaya Buat Industri Otomotif

Luthfi Anshori - detikOto
Rabu, 25 Okt 2023 20:43 WIB
Pabrik Produksi Toyota Yaris Cross di Karawang
Harga mobil bisa naik jika kurs dolar terhadap rupiah tembus Rp 16 ribu. Foto: Rangga Rahadiansyah/detikcom
Tokyo -

Nilai tukar rupiah dolar AS (USD) terhadap rupiah belakangan ini semakin menguat, bahkan nyaris menyentuh kurs Rp 16 ribu per 1 USD. Menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap mata uang rupiah ini bisa berbahaya bagi industri otomotif Indonesia.

"Ini berbahaya, karena bahan baku (pembuatan mobil) semuanya masih pakai dolar. Jadi kalau interest naik, dolarnya menguat, rupiah melemah, itu nanti akan berpengaruh terhadap cost (produksi) kendaraan itu sendiri. Kemudian bakal mempengaruhi juga yang namanya harga jual mobil, dan interest-nya itu akan lebih berbahaya. Jadi itu agak sedikit bikin khawatir," kata Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi ditemui detikOto di arena Japan Mobility Show (JMS) 2023, Tokyo Big Sight, Rabu (25/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes NangoiKetua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi Foto: Luthfi Anshori/detikOto

Sejauh ini nilai tukar USD terhadap rupiah masih ada di kisaran Rp 15.859 per 1 USD. Tapi untuk saat ini hal itu belum terlalu berdampak ke industri otomotif roda empat.

"Mobil itu kan bukan kita bikin hari ini, terus besok kita jual. Kita sudah punya stok (komponen) cukup lama, bahan baku, besinya, dan segala macam," tambah Nangoi.

ADVERTISEMENT

Meski begitu, jika nilai tukar USD terhadap rupiah terus menguat, maka itu akan dikhawatirkan bisa berdampak ke sektor otomotif, sehingga harga mobil baru bisa saja bakal dinaikkan oleh para produsen.

"Kalau (nilai tukar dolar AS) menguat terus, maka dalam jangka panjang kami harus melakukan adjusment (penyesuaian harga mobil baru). Tapi kembali lagi, masalah adjusment harga itu adalah kebijakan masing-masing APM (Agen Pemegang Merek)," tukas Nangoi.




(lua/lth)

Hide Ads