Inikah Penyebab Penemu Nikuba Ogah Dibantu BRIN?

Inikah Penyebab Penemu Nikuba Ogah Dibantu BRIN?

Ridwan Arifin - detikOto
Selasa, 18 Jul 2023 07:15 WIB
Nikuba, alat pengonversi air menjadi bahan bakar
Nikuba. Foto: Ony Syahroni/detikJabar
Jakarta -

Alat konversi air jadi bahan bakar, Nikuba, buatan Aryanto Misel belum diuji secara ilmiah oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Aryanto disebut tidak merespons saat dihubungi oleh BRIN.

Dadan Nugraha, Direktur Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada Kementerian/Lembaga, Masyarakat, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mengungkapkan, BRIN sudah mengunjungi Aryanto Misel di Cirebon, Jawa Barat sejak pertengahan Mei 2022. Kala itu Nikuba sedang membetot perhatian publik, BRIN membuka komunikasi kepada Nikuba untuk diuji secara ilmiah.

"Kalau saya datang ke sana memang niatnya tidak masuk ke hal teknis dulu tapi mencoba membuka komunikasi dan menawarkan tadi (memfasilitasi Nikuba untuk diuji). Jadi belum masuk ke hal teknis ke pengujian apalagi sampai menyimpulkan apakah itu murni energi air menjadi listrik atau tetap ada bantuan BBM, kami belum bisa menjawab itu, seperti yang disampaikan pak Haznan, BRIN belum melakukan proses pengujian," ujar Dadan di Jakarta Pusat, belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagaimana diketahui, Nikuba lantas ramai mendapat sorotan publik karena diajak kerja sama penyedia energi Ferrari dan Lamborghini. Nikuba diajak terbang ke negeri Pizza itu oleh perusahaan PT Octagon Precisius Indonesia yang memiliki induk di Italia.

Selama dalam rentang satu tahun tersebut, BRIN mengaku sudah mengajak penemu Nikuba, namun Aryanto Misel mengaku tak ingin dibantu. Saat ini lembaga di bawah pemerintah itu sifatnya menunggu Aryanto Misel.

ADVERTISEMENT

"Dari beberapa kali di sesi wawancara media juga beliau dipertemukan oleh media kan dengan beberapa pejabat BRIN, Pak Deputi, jadi saya kira sejauh ini sih belum ada rencana kerjasama lanjutan lah antara Pak Misel dengan BRIN. Mudah-mudahan ke depan kebuka pintu itu (komunikasi dan kerja sama). Kita menunggu saat ini," tambahnya.

Dadan mengatakan hingga saat ini BRIN belum mengajak secara resmi Aryanto Misel untuk pengujian setelah kunjungan pada Mei 2022 lalu. Tapi BRIN mengaku selalu membuka pintu untuk penemuan inovasi karya anak bangsa.

"Prinsipnya kapan pun beliau berkenan dan sering juga disampaikan pak Kepala, kami sangat terbuka. Jadi mungkin jika ada peluang beliau berkenan untuk melanjutkan komunikasi kita yang terdahulu, itu siap saja," kata Dadan.

Konferensi pers BRINKonferensi pers BRIN Foto: Ridwan Arifin

Menurutnya, berdasarkan cerita dari penemu Nikuba, Aryanto Misel sudah menutup diri sejak pernyataan dari periset BRIN soal cara kerja Nikuba.

"Saya baru silaturahmi, membuka pintu komunikasi. Kita ngobrol-ngobrol, tapi memang beliau waktu itu, mungkin sebelumnya ada statement dari periset BRIN yang kurang berkenan di beliau. Itu kalau klaim beliau, cerita juga ke saya. Jadi sudah menutup diri, saya (Aryanto Misel) tidak mau dibantu, kira-kira begitu," kata dia.

"Sudah (lihat Nikuba), memang bahwa itu dipasang di motor saya lihat sendiri. Tapi dalamannya sendiri saya tidak bisa menjawab," sambungnya lagi.

Beberapa waktu yang lalu, DetikOto sudah menghubungi Aryanto Misel terkait Nikuba di Italia. Namun yang bersangkutan belum merespons.

Detikcom pernah menyambangi kediaman Aryanto Misel di Cirebon, tahun 2022 lalu. Ia kemudian menjelaskan cara kerja alat buatannya itu. Menurut Aryanto, Nikuba ini berfungsi memisahkan antara Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2) yang terkandung di dalam Air (H2O) yang telah dimasukkan ke dalam alat tersebut.

"Alat ini bisa menghasilkan Hidrogen yang berasal dari Air. Namun Air yang digunakan adalah air yang sudah tidak mengandung logam berat. Air yang dimasukan ke dalam alat ini akan dielektrolisis. Air ini nantinya akan terpecah menjadi Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2)," kata dia.

"Hidrogen (H2) ini nantinya akan dialirkan ke ruang pembakaran mesin kendaraan. Sementara Oksigen (O2)nya akan dielektrolisis lagi agar menjadi Hidrogen untuk kembali dialirkan ke ruang pembakaran mesin kendaraan," ucap Aryanto.

Dikutip detikJabar, Nikuba buatan Aryanto Misel sudah dipasang di sekitar 31 unit kendaraan dinas milik TNI. Salah satunya dipasang di kendaraan dinas milik anggota TNI dari Koramil Lemahabang Serda Muhammad Sutami.

Saat ditemui di kediamannya di Kabupaten Cirebon, Serda Sutami bercerita tentang pengamalannya selama menggunakan Nikuba buatan Aryanto. Serda Sutami mengaku sudah sekitar empat hari menggunakan alat tersebut.

"Dengan dipasangnya alat Nikuba ini sangat berguna sekali bagi saya untuk menjalankan tugas sebagai Babinsa," kata Serda Sutami.

Sejak alat tersebut terpasang di kendaraan dinasnya, Sutami mengaku sudah tidak lagi menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM). Adapun BBM yang masih tersimpan di tangki kendaraannya, hanya sebatas untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu Nikuba buatan Aryanto mengalami masalah.

(Halaman selanjutnya; pakar BRIN soal Nikuba)

Pada 2022 lalu ada beberapa peneliti yang mengemukakan pendapatnya terkait Nikuba. Peneliti ahli madya Pusat Riset Material Maju Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Deni Shidqi Khaerudini, menanggapi Nikuba. Masyarakat perlu skeptis atau bersikap kritis terhadap kemunculan Nikuba atau alat sejenis.

"Tentu saja karya inovasi apa pun perlu didukung. Tapi, sekali lagi, lebih baik dan bijak untuk menghindari over-claim," kata Deni Shidqi Khaerudini, membagikan perspektifnya kepada detikcom, Jumat (13/5/2022).

Jadi masih butuh listrik untuk memisah hidrogen dan oksigen dalam H2O. Listriknya bisa dari aki atau sumber daya lainnya.

"Masalahnya, elektrolisis ini prosesnya memakan banyak sekali listrik," kata Deni.

Dia menjelaskan, electrolyzer (alat elektrolisis) dengan efisiensi 100 persen membutuhkan 39,4 kWh listrik untuk menghasilkan 1 kg hidrogen. Aki motor memiliki kapasitas penyimpanan listrik sekitar 60 Wh. Padahal efisiensi 100 persen dari electrolyzer adalah hal yang mustahil. Namun, bila diasumsikan efisiensi 100 persen, motor konversi electrolyzer cuma mampu menghasilkan energi sebesar 0,216 MJ (megajoule) atau 0,06 kWh sebelum baterainya habis. Bandingkan hasil energi yang dihasilkan sebesar 0,06 kWh dengan hasil energi yang dibutuhkan sebesar 39,4 kWh.

Bila pakai bensin dengan kapasitas tangki 3,7 liter, energi yang dihasilkan bisa 585 kali lebih besar ketimbang memakai elektrolisis air tadi.

Serda Muhammad Sutami berbagi pengalam selama menggunakan Nikuba.Serda Muhammad Sutami berbagi pengalaman selama menggunakan Nikuba. Foto: Ony Syahroni

"Elektrolisis hidrogen adalah proses superboros energi dan tidak dapat menjadi alternatif lebih baik daripada bensin untuk sepeda motor. Atau jodoh H2 sendiri memang bukan untuk mesin bakar (ICE), tapi harus menggunakan konversi lain, yaitu fuel cell dan motor listrik," kata Deni.

Nikuba karya Aryanto direspons Profesor riset BRIN Eniya Listiani Dewi, dia mengatakan bahwa Nikuba tidak bisa sepenuhnya menggantikan BBM dengan air. Meski begitu, dengan Nikuba penggunaan BBM bisa lebih efisien sekitar 3-20%. Meski sepeda motor tersemat Nikuba, Eniya menegaskan, kendaraan masih tetap menggunakan atau membutuhkan BBM.

"Kalau prediksi kita kan dimasukkan ke ruang pembakaran dan menyempurnakan piston di sepeda motor itu. Dari situ intinya bahwa BBM masih dipakai, jadi bukan pengganti BBM. Tetapi dia menyempurnakan pembakaran di ruang bakarnya, nah itu yang bisa saya jelaskan soal temuan itu," tutur Eniya.

Aryanto Misel merasa 'dibantai' di negeri sendiri

Lalu muncul dalam wawancara televisi yang kemudian diunggah ke media sosial pada akun Instagram bernama Undercover, Aryanto sempat menyatakan kekecewaannya kepada BRIN maupun pemerintah.

Ia menganggap selama ini pemerintah dan BRIN telah mengucilkannya terkait masalah Nikuba. Aryanto juga menegaskan tak akan mau memakai bantuan apapun jika itu berasal dari pihak pemerintah.

"Saya enggak butuh mereka, saya sudah dibantai habis, Pak, enggak mau," jawabnya saat ditanya terkait peran pemerintah dan BRIN untuk membantu pengembangan Nikuba.

Aryanto juga mengaku tidak sayang bila temuannya itu 'dijual' ke pihak asing. Dia pun enggan didanai oleh pihak mana pun.


Hide Ads