Viral seorang sopir bus mengemukakan perkataan yang seharusnya tidak diungkapkan. Sopir bus itu bilang lebih baik menghilangkan satu nyawa di mobil kecil daripada nyawa penumpang di dalam bus.
Video viral itu juga diunggah oleh Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni di akun instagram pribadinya. "Hati-hati kalo di jalan mobil kamu dipepet bus," begitu tertulis dalam video yang viral.
Dalam video itu, terjadi perdebatan antara sopir bus dengan pengendara lain. Diduga perdebatan ini terjadi setelah ada yang membahayakan di jalan. Sampai-sampai, terlontar kata-kata dari seorang sopir bus yang mengatakan bahwa lebih baik menghilangkan satu nyawa di mobil kecil daripada satu bus.
"Ya ibu, maaf. Sekarang gini, kalau kita sopir bus, lebih baik hilangin satu nyawa mobil kecil daripada satu bus," kata sopir bus tersebut.
Praktisi keselamatan berkendara yang juga founder dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, mindset seperti itu sudah tertanam sejak bertahun-tahun lalu. Jusri menyayangkan mindset tersebut menjadi pedoman bagi pengemudi bus. Padahal, seharusnya pengemudi tidak membuatnya secara sistematis.
"Ini mengindikasikan kesadaran masyarakat tentang bahaya dan risiko itu rendah sekali di Indonesia. Ini harusnya menjadi trigger bagi pemerintah mencari solusi agar ini tidak betul-betul menjadi pedoman bagi pengemudi-pengemudi angkutan penumpang dan barang. Kan kesalahannya adalah kenapa ada referensi di kepala mereka seperti ini. Kita sudah tahu penyebabnya adalah lemahnya edukasi, lemahnya pengetahuan," kata Jusri kepada detikcom, Senin (26/6/2023).
"Ini satu hal yang salah kaprah. Suatu kealahan bodoh yang menjadi suatu fenomena di lingkungan pengemudi angkutan penumpang dan angkutan barang," sebut Jusri.
Menurut Jusri, konsep 'Lebih baik hilangkan satu nyawa mobil kecil daripada satu bus' seharusnya tidak ada di pemikiran seorang pengemudi. Yang harusnya ada di benak pengemudi adalah memikirkan bagaimana bisa berkendara dengan selamat.
"Konsep itu tidak boleh diungkapkan secara eksplisit seperti ini. Karena ini menjadi pegangan buat dia. Ketika terjadi situasi tidak kritikal, dia sudah terkunci dengan otak (pemilkiran seperti) ini, secara motorik otaknya akan bergerak secara otomatis (melakukan yang dipikirkan) itu. Jangan pernah ada konsep itu. Paling tepat adalah jangan pernah terlibat kecelakaan. Tertib lalu lintas, antisipatif terhadap kemungkinan terburuk," tegas Jusri.
Simak Video "Video: Iyus, Orang Indonesia Pertama yang Diterima Jadi Sopir Bus di Jepang"
(rgr/lth)