Fenomena 'Om Telolet Om' di Bus AKAP Ramai Lagi, Ketua IPOMI Bilang Begini

Fenomena 'Om Telolet Om' di Bus AKAP Ramai Lagi, Ketua IPOMI Bilang Begini

Tim detikcom - detikOto
Minggu, 04 Jun 2023 11:37 WIB
Suasana Terminal Pulogebang masih sepi empat hari jelang Natal 2020
Terminal bus Pulogebang. Foto: Luthfi Anshori/detikcom
Jakarta -

Fenomena 'om telolet om' belakangan ini mulai ramai lagi di industri transportasi bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi). Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan pun memberikan tanggapannya atas fenomena unik yang dilakukan para bus mania itu.

Bagi yang belum tahu, 'om telolet om' merupakan semacam kode yang dilontarkan para bus mania ketika mereka meminta pengemudi bus untuk menyalakan klakson bersuara telolet. Biasanya, para pengemudi bus akan memenuhi permintaan itu. Di sisi lain, para bus mania akan mengabadikan momen itu dengan smartphone atau gadget mereka.

Lesani mengatakan, fenomena telolet merupakan euforia para bus mania ketika menyambut PO (Perusahaan Otobus) favorit masing-masing. Meski kesannya sederhana, namun ada bahaya yang mengintai di balik fenomena tersebut. Lesani pun cukup menyayangkan jika itu dijadikan kebiasaan umum.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebenarnya gini, tolelolet itu lebih ke euforia. Saya cukup menyayangkan, banyak kru yang tidak paham. Ya kita sama-sama lihat di media sosial, bus lagi turun, di mana ketika itu bus sedang membutuhkan angin untuk pengereman, tapi kemudian dia membunyikan klakson 'telolet', itu (malah) akan mengurangi angin," kata pria yang akrab disapa Sani ditemui detikOto di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, belum lama ini.

Sani yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT SAN Putera Sejahtera (PO SAN) itu pun mengaku melarang krunya untuk menggunakan klakson jenis telolet. Pun melarang juga penggunaan aksesori kelistrikan lainnya seperti lampu kelap-kelip.

ADVERTISEMENT

"Jadi, saya di PO SAN, tempat saya bekerja. Saya melarang (kru) menggunakan klakson di luar standar. Karena itu memancing orang untuk jadi euforia yang berlebihan. Saya (juga) melarang (kru) menggunakan lampu strobo yang kayak komidi putar, saya melarang pakai stiker yang berlebihan," sambung Sani.

"Saya secara pribadi dan sebagai Ketua IPOMI mengapresiasi kepada teman-teman kita penggemar bus. Karena penggemar bus itu sangat membantu kami untuk mengenalkan industri (bus) ini kepada khalayak luas. Kita harus akui itu. Tapi dari semua penggemar bus itu ada oknum-oknum atau mania-mania yang berlebihan, mereka yang ngumpul-ngumpul di pinggir jalan (minta 'om telolet om'). Menurut saya itu kan bahaya," ucap Sani.




(lua/riar)

Hide Ads