Kendaraan Umum Diperbanyak, Orang Indonesia Tetap Belum Tentu Mau Naik

Kendaraan Umum Diperbanyak, Orang Indonesia Tetap Belum Tentu Mau Naik

Septian Farhan Nurhuda - detikOto
Jumat, 12 Mei 2023 16:02 WIB
Sejumlah warga menggunakan transportasi umum Transjakarta di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (16/2/2023). Kemenhub meminta pemerintah daerah di Jabodetabek membuat regulasi yang bisa memaksa masyarakat untuk naik angkutan umum. Hal ini demi mengurangi kemacetan di jalan.
Meski dibuat nyaman, orang Indonesia belum tentu mau pindah ke kendaraan umum. Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Kita mungkin pernah mendengar anggapan: seandainya transportasi umum di Indonesia dibenahi dan diperbanyak, masyarakat pasti akan meninggalkan kendaraan pribadinya lalu beralih ke moda raya tersebut. Benarkah demikian?

Co-founder Nafas Indonesia, Piotr Jakubowski menegaskan, pembenahan infrastruktur publik besar-besaran belum tentu membuat masyarakat Indonesia mau beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.

"Meski ada investasi dari infrastruktur publik, itu bukan berarti orang akan meninggalkan mobil dan motor pribadinya di rumah lalu switch ke transportasi publik," ujar Piotr saat hadir di program Tech a Look di CNBC, dikutip Jumat (12/5).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Halte TransJakarta Juanda, Jakarta Pusat, dibuka lagi setelah direvitalisasi. Tampil dengan wajah baru, Halte Juanda kini juga terintegrasi dengan Stasiun Juanda untuk naik KRL.Kendaraan umum belum dijadikan pilihan utama orang Indonesia. Foto: Pradita Utama

Piotr bersama timnya di Nafas Indonesia telah melakukan riset terkait penggunaan transportasi umum di Indonesia, terutama di kawasan Jabodetabek. Menurut dia, per hari hanya ada 2 juta orang di kawasan Jakarta dan sekitarnya yang ke mana-mana naik kendaraan umum.

Nominal tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Seoul, Korea Selatan yang dalam sehari ada 10 juta orang yang bepergian menggunakan transportasi umum.

ADVERTISEMENT

"Sementara jumlah mobil di Seoul dan Jakarta hampir sama, itu meningkat 3-4 persen setiap tahun," ungkapnya.

Lebih jauh, Piotr yang juga pernah menjabat sebagai CMO di Gojek itu juga bicara soal subsidi kendaraan listrik yang mendapat kritikan dari eks Gubernur Jakarta, Anies Baswedan. Dia menganggap, pembenahan transportasi umum dan pemberian subsidi EV tak bisa dipisahkan.

"Dari sisi kita, elektrifikasi itu penting, baik itu publik (kendaraan umum) maupun private (kendaraan pribadi). Keduanya harus berjalan bersama, karena balik lagi, transportasi publik yang bagus nggak menjamin orang pindah," tuturnya.

PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia atau MBDI telah mengenalkan mobil listrik Mercedes-Benz EQS dan EQE di Tanah Air. Yuk kita lihat interiornya.Mobil listrik. Foto: Ari Saputra

Kenyataan bahwa orang Indonesia sulit beralih ke transportasi umum dan masih bergantung ke kendaraan pribadi membuat dia berkesimpulan, subsidi kendaraan listrik memang perlu diterapkan. Sebab, ini berkaitan langsung dengan polusi udara.

"Saat ini sumber listriknya mungkin masih dari batu bara, tapi pemerintah kita sudah ada plan ke depan untuk transisi energi, mungkin puluhan tahun ke depan, tapi sudah ada plan dijalankan," kata dia.




(sfn/din)

Hide Ads