Indonesia Mau Jadi Raja Baterai EV, Anggota DPR Sindir Lithium Masih Impor

Indonesia Mau Jadi Raja Baterai EV, Anggota DPR Sindir Lithium Masih Impor

Tim detikcom - detikOto
Jumat, 09 Des 2022 08:23 WIB
Baterai mobil listrik
Ilustrasi baterai mobil listrik Foto: Ridwan Arifin
Jakarta -

Indonesia berambisi untuk menjadi produsen baterai kendaraan listrik (electric vehicles) terbesar. Anggota Komisi VII DPR Fraksi PKB, Syaikhul Islam menyangsikan, sebab salah satu bahan baku baterai, lithium, masih impor.

"Soal hilirisasi, kita ini sudah gembar-gembor bahwa kita akan menjadi produsen baterai listrik. Entah itu mau jadi nomor satu di dunia itu, pertanyaan dasarnya kita ini tidak punya lithium, kan kita hanya punya nikelnya saja," kata Syaikhul saat rapat kerja bersama Menteri Perindustrian, dikutip Kamis (8/11/2022).

"Terus terang saya pribadi agak pesimis ya. Toh kalau kita mau jadi produsen besar itu tetap saja lithiumnya juga impor, semakin besar produksinya, semakin besar impornya," tambah dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden Joko Widodo sebelumnya sudah mengatakan baterai electric vehicles (EV) bisa menjadi kekuatan besar Indonesia. Produsen otomotif global akan mengincar baterai buatan Indonesia karena Indonesia punya material untuk produksi baterai. Hanya, Indonesia tidak memiliki lithium, dan itu bisa dibeli dari Australia.

"Membangun ekosistem EV baterai kita hanya kurang lithium nggak punya. Saya kemarin sudah sampaikan ke Prime Minister (Perdana Menter Australia Anthony) Albanese, Australi punya lithium, kita boleh beli dong dari Australi, terbuka, silakan. Tapi ternyata dari kita sudah ada yang punya tambang di sana. Ini strategis, benar melakukan intervensi seperti itu. Sehingga ekosistem besar yang ingin kita bangun, jadi," tegas Jokowi.

ADVERTISEMENT

Dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan kebutuhan lithium untuk memproduksi baterai terbilang rendah. Isu impor sejatinya tidak bisa menghambat cita-cita untuk menjadi raja baterai EV.

"Jadi baterai ada tiga, baterai nikel, non nikel base, sama cell itu hidrogen. Kalau nikel base, benar harus ada lithium," kata Agus.

"Kebutuhan untuk lithium secara proporsional untuk memproduksi baterai itu sekitar 3 sampai 7 persen. Yang lain-lain itu; cobalt, mangan, yang semuanya kita punya. Mau nggak mau kita harus impor lithium," tambah dia.

Beberapa waktu yang lalu, Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID, Dany Amrul Ichdan mengungkapkan bahan impor dalam membuat baterai saat ini mencapai 20 persen.
Dany menjelaskan bahan baku utama yang dimiliki Indonesia ialah nikel. Dia merinci 80 persen bahan baku nikel dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk.

"Bahan baku kita ketahui bersama 80 persen bahan baku dari produksi baterai ini disupport oleh nikel. Dan nikel ini dimiliki oleh PT Antam, reserve-nya juga cukup banyak, dan IBC ini ditargetkan berdasarkan milestone dan road map-nya menjadi market leader di Asia Tenggara," kata Dany saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (19/9//2022).

Sementara bahan-bahan untuk pembuatan baterai lain, seperti Lithium Hdroxyde yang kebutuhannya mencapai 70 ribu ton per tahun masih didatangkan dari China, Chile, dan Australia.

Lebih lanjut bahan baku pembuatan baterai lain yang masih diimpor ialah grafit, mangan sulfat, dan kobalt sulfat. Total dari keseluruhan bahan baku baterai yang masih impor sebesar 20 persen.

"Ada juga yang kedua grafit, grafit itu 44 ribu ton per tahun yang diimpor dari China, Brazil, dan Mozambik. Yang ketiga, ada mangan sulfat, dan kobalt sulfat, itu besarnya masing-masing kebutuhannya 12 ribu ton per tahun kebutuhan kita. Dan ini semua masih impor, Jadi 20 persen selain nikel itu semua kita masih impor," kata dia.

Seperti diketahui Mining Industry Indonesia (MIND ID) merupakan BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia yang beranggotakan PT ANTAM Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), dan PT Timah Tbk.

Sementara IBC (Indonesia Battery Corporation) merupakan perusahaan patungan 4 BUMN yakni Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Adapun kepemilikan masing-masing BUMN 25%. Selain itu, Indonesia Battery Corporation (IBC) yang kerja sama dengan produsen baterai dan kendaraan yaitu LG Chem (Korea) dan CATL (China).




(riar/din)

Hide Ads