Mobil sedan dan motor sport memiliki satu kesamaan nasib, yakni dulu menjadi buruan, kini mulai ditinggalkan. Bahkan, keduanya nyaris tak pernah mendapat pembaruan total, kecuali penyegaran minor di sejumlah bagian.
Direktur Pemasaran Toyota Astra Motor (TAM), Anton Jimmi Suwandy mengatakan, peminat mobil sedan di Indonesia benar-benar sangat kecil. Kendaraan tersebut hanya menyumbang 1 persen dari seluruh penjualan mobil Toyota di Indonesia.
Menurut uraian Anton, mobil sedan sudah sepi peminat sejak 1 dekade terakhir. Pada 2013 lalu, kendaraan tersebut mencatat market share di angka 3-4 persen. Namun, setelah itu, angkanya terus mengalami penurunan. Puncaknya, pada 2017, market share-nya hanya 0,7 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun lalu angkanya sedikit membaik menjadi 1 persen," ujar Anton melalui sambungan virtual, belum lama ini.
![]() |
Bukan hanya Toyota, buruknya penjualan mobil sedan juga dialami pabrikan lainnya. Bahkan, Gaikindo mencatat, selama 8 bulan pertama di tahun ini, kendaraan tersebut hanya menyumbang 0,8 persen dari total penjualan nasional.
Anton menjelaskan, mobil sedan mustahil kembali ke masa jayanya. Bahkan, untuk menyumbang market share 3 persen saja rasanya tak mungkin. Namun, ironinya, Toyota tak bisa menyuntik mati kendaraan tersebut. Sebab, secara tak langsung Anton berpendapat, itu akan mengecewakan para penggemar sedan di Indonesia.
"Mobil sedan mustahil kembali ke 3-4 persen seperti 10 tahun lalu. Tapi sedan lovers atau penggemar sedan masih tetap ada di Indonesia," ungkapnya.
Nasib Motor Sport Mirip Mobil Sedan
Nasib mobil sedan di Indonesia sejatinya mirip motor sport. Kuda besi bertenaga besar itu sempat menjadi primadona di awal 2000-an. Namun, peminatnya terus berkurang semenjak kemunculan skuter matik satu hingga dua dekade terakhir.
Saat ini, motor sport hanya menyumbang 5 persen dari seluruh penjualan roda dua di Indonesia. Bahkan, bukan mustahil, angkanya semakin kecil saat motor listrik mulai ngetren di Tanah Air.
![]() |
Direktur Pemasaran PT Astra Honda Motor (AHM), Thomas Wijaya juga menyadari, peminat motor sport di Indonesia sangat terbatas. Namun, sama seperti Toyota, pihaknya juga tak mungkin menyuntik mati kendaraan tersebut. Sebab, itu bisa melukai hati para penggemar motor sport.
"Memang benar kontribusi motor sport itu sangat kecil. Tapi, penggemarnya masih ada, dan terpecah-pecah. Rata-rata mereka yang beli motor sport emang pehobi dan suka sama motornya. Itu yang mau kita jaga," kata Thomas.
Pernyataan Toyota dan Honda akhirnya melahirkan satu kesimpulan: mobil sedan dan motor sport peminatnya memang kecil, namun menghentikan produksinya bukan pilihan terbaik.
(sfn/lth)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah