Kecelakaan maut terjadi di Tol Mojokerto ketika bus pariwisata PO Ardiansyah S 7322 UW menabrak tiang variable message sign (VMS). Kecelakaan yang menewaskan 14 penumpang itu diduga karena faktor human error.
"Dugaan sementara karena faktor human error dari pengemudinya," ungkap Kombes Dirmanto, Kabid Humas Polda Jatim dikutip detikJatim.
Satlantas Polres Mojokerto Kota yang turut mendampingi dalam proses olah TKP itu menyampaikan, dugaan penyebab kecelakaan ini diduga karena sopir mengantuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat terjadinya kecelakaan, bus itu dikemudikan Ade Firmansyah (29) yang merupakan sopir pengganti. Sekitar pukul 06.00 WIB bus melaju dari barat ke timur atau dari Jombang-Surabaya lalu oleng ke kiri di KM 712.400A Tol Sumo karena sopir diduga mengantuk.
"Sopir baru sadar saat roda kiri ke bahu jalan, kemudian ke tanah, lalu menabrak batas jalan (guard rail) di sebelah kiri," kata Kasat Lantas Polres Mojokerto Kota AKP Heru Sudjio.
Setelah menabrak besi pembatas sebelah kiri jalan Tol Sumo, lanjut Heru, sopir bus berupaya membanting setir ke kanan tetapi sudah tidak bisa. Sehingga bus menabrak tiang tanda pesan-pesan atau tiang VMS di kiri jalan tol.
"Tiang yang begitu kuatnya sampai roboh seperti itu bisa kita lihat dan mungkin bisa kami pastikan bahwa kecepatan yang bersangkutan lebih dari 100 Km/jam," ujarnya.
Mengutip pernyataan Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, penyebab kecelakaan di jalan tol didominasi oleh faktor internal, yaitu kelelahan pengemudi atau fatigue. Soerjanto menyampaikan data dari pengelola jalan tol, kecelakaan di jalan tol banyak terjadi antara pukul 00.00 sampai 06.00 dan pukul 10.00 sampai 13.00.
Berdasarkan data yang sama, faktor pengemudi adalah kurang antisipasi (tidak fokus, tidak jaga jarak, overspeeding) sebesar 52 persen. Sementara untuk faktor pengemudi yang mengantuk sebesar adalah 45 persen. Perlu diketahui, memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi juga dapat membuat pengemudi tidak bisa mengantisipasi rintangan dengan baik.
Soerjanto mengimbau kepada pengemudi, jika kondisi badan sudah lelah jangan dipaksakan untuk terus mengemudi. "Kebiasaan pengemudi jika sudah ngantuk dan lelah, mereka memilih untuk mengkonsumsi minuman penambah tenaga dan tetap melanjutkan perjalanannya. Ini secara fisik terlihat bugar, namun secara psikis sudah lelah, sehingga tidak responsif. Jelas hal ini tidak baik dan berbahaya, hendak lah beristirahat, jangan diteruskan," ujar Soerjanto dikutip situs resmi KNKT.
Simak Video 'Petaka di Tol Mojokerto: Ganti Sopir, Tabrak Tiang, 14 Orang Tewas':
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!