Kecelakaan bus TransJakarta kembali terjadi. Kali ini, bus TransJakarta dengan nomor polisi B-7277-TGC menabrak separator busway di daerah Bundaran Senayan, Jakarta Pusat.
Terlihat bagian kiri bus TransJakarta itu menghantam separator busway. Imbasnya, sejumlah beton separator jalan rusak. Bagian depan bus TransJakarta pun mengalami kerusakan. Ban depan bus itu tampak hancur menghantam separator.
Kemarin, Kamis (2/12) bus TransJakarta juga menabrak Pos Lantas PGC Cililitan, Jaktim. Kecelakaan diduga akibat pengemudi TransJ hilang kendali. Kejadian ini mengakibatkan seorang petugas TransJ yang ada di Pos Lantas terluka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasat Lantas Wilayah Jakarta Timur AKBP Eddy Surasa mengatakan kecelakaan diduga dipicu dongkrak yang menggelinding dari bawah jok. Dongkrak tersebut kemudian 'menginjak' pedal gas, sehingga membuat sopir hilang kendali.
Sebelumnya, ada juga kecelakaan bus TransJakarta di Cawang, Jakarta Timur yang menimbulkan korban jiwa. Polisi mengungkapkan pengemudi bus TransJakarta itu memiliki riwayat penyakit epilepsi.
Kenapa bus TransJakarta sering terlibat kecelakaan akhir-akhir ini?
Dari kacamata keselamatan berkendara, mengemudi bus dengan dimensi besar tidaklah mudah. Menurut Praktisi keselamatan berkendara yang juga yang juga Senior Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, mengemudi bus itu harus punya ketrampilan khusus.
"Dengan pembatas barrier yang ada di kanan-kiri jalan, membuat otak stagnan/monoton sehingga lebih cepat lelah akibat itu-itu aja yang dilihat," ucap Sony kepada detikcom, Jumat (3/12/2021).
Sony yang pernah melatih pengemudi bus TransJakarta dalam hal keselamatan berkendara mengatakan, mengemudi bus TransJakarta merupakan tugas berat. Mereka harus mengemudi dengan kecepatan yang terkontrol. Sesekali harus stop and go karena berhenti di setiap halte.
"Berhentinya pun harus presisi. Durasi mengemudi 5-6 jam nonstop membuat lebih cepat lelah," ujarnya.
Karenanya, Sony menyarankan pengemudi bus TransJakarta harus dibekali dengan teknik mengemudi secara rutin. Sopir bus, kata dia, juga harus diberikan penilaian atau assesment setiap tiga bulan sekali untuk memastikan kesehatan fisik dan mentalnya masih baik.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah