Pemerintah melarang masyarakat untuk melakukan mudik Lebaran tahun ini. Larangan mudik Lebaran itu diberlakukan mulai 6 Mei sampai 17 Mei 2021. Sebelum tanggal 6 Mei, diprediksi akan terjadi lonjakan pemudik yang curi start atau pulang kampung duluan.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyebut tak ada larangan mudik sebelum tanggal 6 Mei. Juru Bicara Menteri Perhubungan Adita Irawati menyebut, perjalanan sebelum periode larangan mudik harus menunjukkan dokumen negatif COVID-19.
"Kalau kemudian ada anggota masyarakat yang memang ingin melakukan perjalanan di luar tanggal itu (6-17 Mei), kalau bicara ketentuan, kita kembali ketentuan yang sudah berlaku umum saat ini. Itu merujuk Surat Edaran Nomor 12 (tahun 2021) dari Satgas, tentang perjalanan orang dalam negeri antar kota," tambah dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seperti yang sekarang, kita lakukan dengan menunjukkan dokumen negatif covid, kita tunjukkan juga dengan protokol kesehatan yang ketat," sambungnya.
Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Pol Istiono menyebut akan membantu memperlancar pemudik yang melakukan perjalanan sebelum 6 Mei.
"Kalau ada yang mudik awal ya silakan saja, kita perlancar," kata Irjen Istiono saat meninjau skema penyekatan mudik Lebaran 2021 di Gerbang Tol Palimanan.
Dijelaskannya, sebelum 6 Mei pemerintah tidak melarang warga melakukan perjalanan, termasuk mudik. Namun setelah 6 Mei sampai 17 Mei, ada aturan yang melarang hal tersebut. Pernyataan ini lantas direvisi oleh Kakorlantas, di mana mereka tak merekomendasikan masyarakat melakukan mudik.
Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia Kurnia Lesani Adnan mengatakan, penumpang bus AKAP memang sempat naik, tapi tidak terlalu signifikan. Menurut pria yang akrab disapa Sani itu, jumlah penumpang meningkat terutama sebelum Ramadhan karena banyak masyarakat yang melakukan nyekar atau ziarah kubur sebelum Ramadhan.
Baca juga: Sssttt....Colong Start Mudik Tak Dilarang |
"Nggak banyak sih (peningkatannya). Pada saat pandemi ini kendaraan bus yang beroperasi hanya 40%. Pada saat sebelum Ramadhan kemarin saat banyak yang nyekar kemarin paling 60%," kata Sani kepada detikcom melalui sambungan telepon.
Memang, sebelum 6 Mei dianggap menjadi waktu yang tepat untuk mudik sebelum dilarang. Tapi menurut Sani, hal itu tergantung dari kesiapan orang tersebut dari segi waktu dan finansial.
"Relatifnya itu pekerjaannya sudah bisa ditinggal nggak, dia sudah punya uang untuk spend money untuk melakukan perjalanan atau lebaran di kampung atau belum. Tergantung ada uangnya, ada waktunya," ujar Sani.
Pemudik Diprediksi Pekan Depan
Menurut Sani, pemudik yang 'curi start' bisa saja terjadi pekan depan setelah tanggal 20 April 2021 sebelum larangan mudik berlaku 6 Mei 2021. Dari reservasi di sistem, menurut Sani cukup banyak yang ingin melakukan perjalanan ke luar kota menggunakan bus.
"Kita lihat minggu depan seperti apa. Apakah seberapa besar naiknya, baru kita bisa membaca itu boleh dianggap mudik yang lebih awal. Karena anak sekolah kan udah mulai libur, kemarin tes, udah terima rapor. Jadi kalau sebelum puasa kemarin saya tidak setuju dianggap mudik lebih awal. Tapi setelah seminggu puasa ini kita lihat peningkatannya seperti apa. Kalau ada peningkatan yang secara drastis, berarti itu memang mudik lebih awal. Di atas tanggal 20 (April) ke atas sebelum tanggal 6 (Mei) kalau menurut saya," katanya.
"Kalau melihat reservasi di sistem, itu reservasi udah lumayan tinggi reservasinya. Sudah di angka 60% dari existing jumlah unit yang berangkat, yang kita buka pelayanan," ucapnya.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Mobil Esemka Digugat, PT SMK Tolak Pabrik Diperiksa
Syarat Perpanjang SIM 2025, Wajib Sertakan Ini Sekarang
7 Mobil-motor Wapres Gibran yang Lapor Punya Harta Rp 25 Miliar