Cara PO Haryanto Bertahan di Tengah Pandemi: Buka Trayek Baru

Cara PO Haryanto Bertahan di Tengah Pandemi: Buka Trayek Baru

Ahmad Masaul Khoiri - detikOto
Kamis, 01 Apr 2021 10:58 WIB
PO Haryanto
PO Haryanto bertahan di tengah pandemi justru dengan membuka rute baru (Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
Jakarta -

Pandemi virus Corona (COVID-19) yang datang di Indonesia sejak awal 2020 lalu telah memukul dunia transportasi. Perusahaan Otobus (PO) Haryanto melakukan berbagai cara untuk mengatasi krisis akibat minimnya penumpang. Salah satunya dengan membuka trayek baru.

Dijelaskan Direktur Operasional PO Haryanto, Rian Mahendra, secara umum bus yang melayani rute Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) seperti PO Haryanto tidak mengalami penurunan okupansi penumpang yang signifikan. Beda dengan bus pariwisata yang trafiknya menurun drastis.

"Kalau dari segi okupansi memang ada pengurangan. Berapa persennya, tergantung wilayah. Kalau untuk PO Haryanto, sejak pandemi sampai sekarang, penurunan okupansi paling cuma 10-15%," kata Rian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi paling kepukul itu dunia pariwisata. Karena bus pariwisata itu penurunan (penumpangnya) sampai 80%," sambung pria yang merupakan anak dari pemilik PO Haryanto, Haji Haryanto itu.

Rian mengatakan jika jumlah penumpang bus PO Haryanto per bulannya antara 95 ribu hingga 100 ribu penumpang. PO Haryanto juga mulai membuka trayek-trayek baru, seperti Malang-Jakarta, dan juga ke wilayah Pantura. Sebelumnya, PO Haryanto fokus di rute Muria Raya, Madura, Solo, dan Yogyakarta.

ADVERTISEMENT

"Awal pandemi dulu, kita belum punya wilayah-wilayah baru seperti di Pantura sama Malang. Jadi jumlah penumpang dulu sama sekarang ya sama saja. Cuma sekarang ketambahan wilayah gitu saja," lanjut Rian.

Ekspansi ke jalur-jalur baru yang lebih produktif memang bisa menguntungkan. Namun jika okupansi penumpang selama pandemi menurun drastis, Rian menyarankan kepada para pemilik PO lainnya supaya lebih bersabar, dengan mengurangi biaya operasional.

"(Secara umum) kalau di PO Haryanto ya nggak terlalu berasa (kesulitannya). Cuma, kalau kita lihat rekan-rekan (PO) yang ada ya bisa sampai 40-60% penurunan okupansi mereka," katanya lagi.

"Karena masa-masa ini bisa dilawan karena skala global. Kita nggak bisa ngapa-ngapain selain bersabar. Saran ke teman-teman, ngurangin operasional jelas. Sabar saja dan mulai fokus di jalur-jalur yang masih produktif. Karena itu sifatnya biar kita nggak terbebani biaya operasional yang terlalu banyak. Jadi tahun-tahun ini adalah tahun untuk bertahan saja. Bukan waktu yang tepat untuk menyerang atau ekspansi ke mana-mana," saran Rian.




(lua/din)

Hide Ads