Infrastruktur seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) menjadi hal penting untuk menambah daya tarik publik terhadap kendaraan listrik di Indonesia. Namun itu saja tidak cukup. Faktor lain yang bisa meningkatkan daya tarik konsumen adalah insentif dan adanya lembaga keuangan yang siap mendanai pembelian.
Demikian disampaikan Associate Partner, Senior Vice President, Intelligent Mobility, Frost & Sullivan Asia Pasific, Vivek Vaidya, dalam webinar Nissan Futures Electrification & Beyond, Electrifying 250 millions cars an impossible dream?
Demi menciptakan permintaan terhadap kendaraan listrik, pemerintah wajib turun tangan. Cara yang bisa ditempuh adalah memperbanyak insentif. Baik insentif terhadap industri, maupun insentif yang ditujukan pada konsumen langsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Insentif pajak mobil listrik menjadi satu langkah atraktif, karena insentif bisa banyak memberikan benefit yang menguntungkan, begitu juga dengan instalasi charging yang sudah mulai berkembang juga bisa membuat kendaraan listrik semakin populer, begitu juga dengan free parking yang bisa menambah minat pengendara. Selain itu pemerintah sangat berperan untuk meningkatkan kendaraan listrik, tidak lupa dengan lembaga pembiayaan yang juga ikut mendukung," kata Vivek.
![]() |
Hal senada juga disampaikan Regional Vice President Nissan ASEAN, Isao Sekiguchi. Isao memberikan contoh pasti di Jepang dan negara berkembang seperti Indonesia bisa ikut mengadopsinya.
"Saat ada penambahan SPLU di Jepang dan semakin meningkatnya infrastruktur maka akan ikut menambah peningkatan kendaraan ramah lingkungan," kata Isao.
"Isu untuk infrastruktur menjadi hal yang penting untuk perkembangan kendaraan listrik, ini berada di tangan pemerintah dan tentu sebagai pabrikan juga ikut berkolaborasi dengan melahirkan kendaraan yang menunjang," Isao menambahkan.
Di Indonesia, pemerintah melalui beberapa kementrian sudah mengeluarkan beberapa kebijakan yang meringankan sisi industri dan 'bonus-bonus' untuk para konsumen mobil listrik.
Yang terbaru, diumumkan kalau akan ada pembebasan mobil listrik dari PPnBM atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Ini berlaku pada tahun 2021 ini juga.
PPnBM mobil listrik 0% dijadwalkan berlaku pada Oktober atau November 2021. PnBM mobil besarnya 10 sampai 125 persen tergantung model, jenis, serta jumlah penumpang.
Pengenaan PPnBM mobil diatur dalam PP Nomor 41 Tahun 2013 tentang kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah, PMK/PMK.010/2017, serta PP Nomor 22 Tahun 2014 tentang Perubahan PP Nomor 41 Tahun 2013.
![]() |
Pengolahan Limbah Baterai Mobil Listrik
Lalu bagaimana dengan limbah baterai dari mobil listrik ya? Tenang detikers, Nissan sudah memiliki solusinya.
Diberitakan sebelumnya, baterai listrik yang menjadi komponen utama mobil listrik merupakan ancaman berbahaya apabila sisa penggunaannya tak dikelola dengan baik. Nissan sebagai salah satu produsen mobil listrik sadar akan tanggung jawab tersebut dan punya cara sendiri dalam mengelolanya.
Alih-alih dihancurkan untuk diambil kembali material mentahnya, Nissan memilih untuk menggunakannya kembali. Berdasarkan lansiran dari Carscoops, Nissan baru saja bekerjasama dengan 4R Energy perihal pengelolaan baterai mobil listrik setelah masa pakainya habis.
Pertama baterai mobil listrik yang umurnya sudah habis dikategorikan ke dalam tiga tingkatan dari A sampai C. Jenis A adalah sisa baterai mobil listrik yang masih cukup baik dan masih dapat digunakan kembali sebagai baterai mobil listrik.
Sementara itu baterai sisa mobil listrik jenis B masih cukup baik digunakan untuk penggunaan penyimpan energi yang lebih kecil. Sementara itu baterai sisa mobil listrik jenis C masih cukup bagus untuk penyimpanan energi darurat seperti genset.
Nissan juga akan menjanjikan baterai sisa mobil listrik yang masih bagus akan memberikan nilai lebih baik. Tentunya ini akan lebih menarik daripada sekedar membelinya sebagai barang bekas atau limbah.
Solusi ini setelah diuji oleh 4R di pulau Yumeshima. Di lepas pantai Osaka itu percobaan dilakukan dengan menggunakan baterai lithium-ion dari 16 mobil listrik untuk mengatasi fluktuasi energi dan menyimpan energi yang dikumpulkan oleh pembangkit listrik tenaga surya di sana.
Berkat mobil listrik seperti Leaf, yang merayakan ulang tahun kesepuluh, proyek seperti ini sangat mungkin skalanya diperbesar. Tidak hanya berhenti sampai penggunaan kembali baterai mobil listrik, Nissan juga sudah bergabung dengan produsen mobil lain seperti VW dalam mencari cara untuk mendaur ulang baterai EV.
(lth/din)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah