Mobil dan Motor Listrik Booming, Industri Pelumas Bakal Mati?

Mobil dan Motor Listrik Booming, Industri Pelumas Bakal Mati?

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Rabu, 23 Sep 2020 19:51 WIB
Mitsubishi memperkenalkan mobil ramah lingkungan mereka di arena GIIAS 2019. Mobil itu adalah Mitsubishi Outlander PHEV. Penasaran? Yuk, lihat.
Kendaraan listrik tak butuh pelumas. Karenanya, bisnis pelumas harus cari peluang lain. Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Kendaraan listrik dipastikan bakal menggantikan kendaraan bermesin konvensional. Sebab, kendaraan listrik dianggap lebih ramah lingkungan ketimbang mobil atau motor berbahan bakar fosil.

Saat ini, pemerintah Indonesia juga sangat serius menggarap kendaraan bertenaga listrik. Hingga kini, sudah ada beberapa mobil dan motor listrik yang beredar di jalanan Indonesia.

Jika mobil dan motor listrik mulai booming, salah satu industri yang terdampak adalah bisnis pelumas. Soalnya, mobil dan motor listrik tak memerlukan pelumas seperti mesin bensin atau diesel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah tentu mobil listrik tidak pakai pelumas dan tidak pakai BBM. Jadi kita yang berbisnis pelumas dan BBM, kalau ada mobil listrik dan motor listrik memang kita akan terjadi penurunan penjualan. Kita melihat kapan itu akan terjadi," kata Andria Nusa Ketua Umum Asosiasi Pelumas Indonesia (Aspelindo) dalam sebuah diskusi virtual.

Andria memprediksi, motor listrik di Indonesia lebih cepat booming ketimbang mobil listrik. Dia memprediksi, mobil listrik kemungkinan masih membutuhkan puluhan tahun sampai benar-benar bisa mematikan bisnis pelumas.

ADVERTISEMENT

"Motor mungkin di bawah 10 tahun akan cukup signifikan jumlah motor listrik," sebut Andria.

Untuk menyiasatinya, industri pelumas harus cari celah ketika mobil dan motor listrik booming. Kalau tidak, perlahan industri pelumas itu akan mati.

"Salah satu starategi diversifikasi usaha memang cukup penting. Kalau kita usaha pelumas terus mungkin lima tahun ke depan nggak masalah. Sampai 10 tahun mungkin penurunan nggak begitu signifikan. Di atas 10 tahun itu pasti akan berpengaruh," ujar Andria.




(rgr/din)

Hide Ads