Biaya Operasional Bus Listrik Sedikit Lebih Mahal, tapi Sepadan

Biaya Operasional Bus Listrik Sedikit Lebih Mahal, tapi Sepadan

Tim detikcom - detikOto
Kamis, 06 Agu 2020 12:55 WIB
Ada yang menarik di Pintu masuk IRTI, Monas, Jakarta Pusat. Warga antusias mengantre hingga mengular menanti kedatangan bus listrik yang akan mengantar menuju Tugu Monas.
Bus listrik Transjakarta. Foto: Wilda/detikcom
Jakarta -

Transjakarta saat ini sedang menguji coba armada bus listrik yang melayani penumpang di rute Balai Kota-Blok M. Ke depan, Transjakarta akan menggunakan lebih banyak bus listrik untuk melayani penumpang.

Menurut Direktur Utama PT Transjakarta Sardjono Jhony Tjitrokusumo, penggunaan bus listrik akan mengubah paradigma transportasi di Indonesia. Namun, penggunaan armada bus listrik tak serta merta bisa langsung diterapkan.

"Kalau bicara data yang kita punya sekarang setelah hampir 2 bulan ini melakukan uji coba bus listrik, sebenarnya yang terpenting adalah keberpihakan pemerintah atau seserius apa pemerintah untuk menerapkan low emission vehicle (kendaraan rendah emisi)," kata Jhony dalam sebuah diskusi virtual yang digelar SBM ITB, kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Jhony, yang paling memberatkan dalam penggunaan kendaraan ramah lingkungan adalah investasi awal untuk membeli bus listrik. Soalnya, harga bus listrik terbilang mahal, apalagi ditambah perpajakan yang masih tinggi.

"Yang perlu dijadikan policy oleh pemerintah adalah terkait pajak bea masuk yang mencapai 40% dari harga kendaraan, dan mungkin PPn dan PPh yang kesemuanya itu membuat operating cost bus listrik ini menjadi jauh lebih mahal," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Sementara secara operasional, biaya operasional per kilometer bus listrik disebut tidak jauh berbeda dengan bus konvensional dengan bahan bakar fosil. Memang, kata Jhony, biaya bus listrik lebih mahal, tapi dinilai sepadan.

"Sebenarnya rupiah per kilometer atau operating cost per kilometernya, itu tidak terlalu berbeda jauh (dibanding bus konvensional). Memang sedikit lebih mahal, bedanya Rp 100-200 per kilometer. Tapi tidak berbeda jauh, dan ini worth it, pantas untuk kita perjuangkan, karena di sisi lain kita mendapatkan udara yang lebih bersih serta tidak terlalu bising," ucapnya.

Sementara itu, terlepas dari kebijakan pemerintah dalam hal dukungan kendaraan ramah lingkungan, Transjakarta yang ditargetkan menggunakan 100% bus ramah lingkungan pada 2030 itu harus siap dengan infrastrukturnya.

"Transjakarta dalam waktu ke depan itu menempatkan investasi lahan, baik untuk pembuatan charging station yang baru dan lain sebagainya. Karena ke depan kita memprioritaskan berjalannya bus listrik ini. karena memang itu visi dan misi Pemprov untuk menciptakan atau menyukseskan program langit biru," kata Jhony.




(rgr/lth)

Hide Ads