Setelah melewati masa lockdown, sejumlah pabrik mobil di China menutup kegiatan produksi mereka. Penutupan yang berlangsung kurang lebih 2 bulan tersebut tentunya mempengaruhi produktivitas industri otomotif.
Produksi kendaraan penumpang China diperkirakan turun 11,5% tahun ini menjadi sekitar 21,6 juta saja. Lembaga riset IHS Markit memperkirakan produksi akan meningkat kembali sebesar 7,5% pada tahun 2021.
"Perkiraan ini mempertimbangkan penutupan pabrik pada bulan Maret dan gangguan rantai pasokan yang disebabkan oleh perpanjangan penutupan pabrik di provinsi Hubei," kata IHS Markit dalam sebuah unggahan di media sosialnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski sudah mulai beraktivitas lagi, produksi mobil China tidak serta merta kembali seperti semula. Seiring dengan penyebaran virus corona ke Eropa, China akan kesulitan mendapatkan pasokan komponen dari benua biru.
"Bagi produsen mobil China yang membeli suku cadang mobil dari Eropa, gangguan produksi di Eropa mungkin menjadi faktor risiko. Tetapi pada tahap ini, kita belum melihat epidemi virus corona Eropa yang secara langsung memengaruhi produksi mobil Cina," tambah IHS Markit.
Pekan lalu, IHS Markit memperkirakan penjualan kendaraan penumpang China tahun ini akan turun 9,9% dari tahun lalu menjadi sekitar 22,4 juta kendaraan. Perkiraan itu akan terjadi jika pemerintah pusat China tidak melakukan langkah-langkah untuk menstimulus pembelian mobil.
Sementara itu Asosiasi Produsen Otomotif China menghitung penjualan mobil China secara keseluruhan turun 5% tahun ini. Asosiasi itu juga memohon kepada pemerintah untuk membantu mereka bangkit dari dampak virus corona ini.
(rip/lth)
Komentar Terbanyak
Mobil Esemka Digugat, PT SMK Tolak Pabrik Diperiksa
Syarat Perpanjang SIM 2025, Wajib Sertakan Ini Sekarang
7 Mobil-motor Wapres Gibran yang Lapor Punya Harta Rp 25 Miliar