Ditolak di RSPAD, sang istri kemudian membawa suami ke rumah sakit rujukan lainnya, RSPI Sulianti Saroso. Perlakuan yang sama juga terjadi di sana. Dikatakan DR, pihak RSPI Sulianti Saroso tidak bisa menerima pasien baru corona karena kapasitas sudah penuh.
"Dengan kondisi badan suami saya sudah lemas, saya bawa ke RSUD Tangerang. Di sana memang diterima. Mas Willy ditaruh di sebuah ruang isolasi kecil bersama 3 pasien lainnya. Tapi setelah menunggu 5 jam setengah, dokter yang menganalisa foto rontgen itu tidak ada. Dihubungi juga tidak menjawab. Akhirnya saya memutuskan melarikan suami saya yang sudah kesulitan bernafas ke Rumah Sakit Eka," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumah Sakit Eka Jaya sendiri adalah rumah sakit swasta yang terletak di BSD, Tangerang. Untuk menyasati supaya almarhum tidak ditolak, DR mengatakan menyimpan seluruh berkas hasil pemeriksaan.
"Saya khawatir dengan memberi hasil lab lagi nanti tidak diterima. Saya larikan ke Rumah Sakit Eka. Tengah malam saya ditelepon, bisa masuk, dan ada kamarnya. Terus suami saya mendapat penanganan dan sudah memakai alat bantu pernafasan. Kemudian besoknya sudah harus pakai ventilator," cerita istri WD.
Pihak Rumah Sakit Eka Jaya menyarankan agar WD dirujuk ke rumah sakit rujukan pasien corona. Namun DR kapok dan meminta rujukan ke rumah sakit internasional.
Sebagai informasi, WD meninggal dunia pada hari Kamis (26/3/2012) pagi. Hingga kini almarhum masih berstatus sebagai PDP (Pasien Dalam Pengawasan).
(lua/riar)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?